Abuse of Power di Lingkungan Istana

oleh -121 Dilihat
oleh

Oleh : Hafid Hamsah*

Kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) sudah mulai hangat diperbincangkan oleh semua kalangan. Beberapa isu sudah mulai digelindingkan untuk mendapatkan simpati masyarakat.

Beberapa isu terkait hutang pemerintah menjadi perbincangan yang lumayan menarik, dan juga isu agama yang beberapa tahun ini menjadikan salah satu persatuan umat Islam sehingga pada Pilkada DKI mampu mengalahkan petahana.

Di sisi lain, isu nasionalisme juga gencar menjadi trend yang paling populis di kalangan semua lini, karena dengan adanya indikasi akan dilepasnya aset Merah Putih (PT Pertamina) dan divestasi PT Freeport.

Dalam tahun politik seperti saat ini, masyarakat harus jeli dengan situasi yang semakin runyam, masyarakat tinggal memilih antara kestabilan kondisi bangsa atau akselerasi.

Ada dua pilihan yang menjadi pertaruhan masa depan bangsa 5 tahun kedepan. Apa ingin ganti presiden atau melanjutkan kepemimpinan Pak Jokowi dengan mengusulkan wakil yang sekiranya mampu melengkapi presidennya.

Pada saat ini, tidak bisa dipungkiri sangat sulit mengalahkan petahan (Jokowi), karena petahana mempunyai kesiapan yang matang dan sistem untuk memenangkan lebih lengkap dan terorganisir. Apalagi jika pendamping petaha adalah orang disekitar istana dan mempunyai kelengkapan intelijen yang handal.

Petahana sulit dikalahkan ketika mempunyai wakil presiden yang ideal dan mampu menarik simpati masyarakat dan bisa memenangkan pertarungan isu.

Salah satu yang paling berpotensi mendampingi Jokowi adalah Kepala Staf Kepresidanan (Moeldoko) dengan posisinya saat ini, beliau mampu abuse of power untuk bisa mendampingi petahana dan memenangkan pertarungan tahun depan.

Karena Moeldoko di lingkaran Istana, juga mempunyai kelengkapan intelijen serta mengetahui kondisi bangsa saat ini.

Jika kedepan petahana didampingi oleh Moeldoko, maka akan sangat sulit terkalahkan. Kesempatan abuse of power tersebut lebih besar dibandingan dengan penantang petahana. Selain itu, Moeldoko yang  merupakan jebolan AKABRI 1981 itu, juga dianggap sebagai sosok pantas melengkapi Jokowi yang dengan ciri khas kalemnya tersebut.

Sedangkan pilihan lain untuk mendampingi petahana dari kalangan yang merepresentasikan agamawan yaitu Mahfud MD. Mantan Ketua MK tersebut memang cerdas dan terbukti integritasnya selama menjabat di pemerintahan, akan tetapi beliau dari sipil dan petahana dari sipil, jadi untuk kondisi bangsa ke depan masih kurang optima guna menghadapi tantangan semakin ketat dan semakin runyam yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Selain Mahfud MD ada Choirul tanjung (CT),  beliau merepresentasikan kalangan ekonomol/pengusaha. Beliau sangat sukses dalam dunia usahanya dan mempuyai record yang lumayan juga.

Tinggal masyarakat memilih dan calon pendamping petahana mampu memainkan peran agar mendapatkan simpati rakyat.

Kami dari ISMEI berharap besar ke depan, siapapun pemimpinnya bisa lebih mendorong perekonomian Indonesia yang lebih baik lagi. Hal seperti import beras harus distop dan lebih mengoptimalkan penyerapan dari petani.

Dan harusnya, pemerintah mampu memainkan ritme dan intervensi pasar agar petani tidak dibuat main-main oleh segelintir oknum tengkulak.

Selain hal tersebut, juga kami selalu mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah dan mendukung kebijakanya ketika mempunyai tujuan untuk mempertahankan aset Merah Putih dan mengoptimalkan kekayaan alam untuk dikelola oleh BUMN.(#)

*penulis adalah Pengurus Pusat Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (PP ISMEI)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.