JEMBER, PETISI.CO – Terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS baru-baru ini, sangatlah mempengaruhi sektor ekonomi Indonesia.
Berdasarkan Bloomberg, rupiah bertengger pada level Rp 14.933 per dolar AS.
Angka ini melemah 2 poin atau 0,01 persen dibandingkan pada pembukaan perdagangan hari ini yang mencapai Rp 14.925 per dolar AS.
Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada kisaran Rp 14.925 hingga Rp 14.933 per dolar AS.
Adapun berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada pada level Rp 14.927 per dolar AS.
Mitratani Dua Tujuh adalah salah satu perusahaan di Kabupaten Jember – Jawa Timur yang bergerak di bidang ekspor yang merasakan secara langsung dampak daripada melemahnya rupiah saat ini.

Ditemui di kantornya, Rabu (5/9/2018), Ir. H. Guntaryo Tri Indarto Direktur Utama PT. Mitratani Dua Tujuh mengatakan, sebagai antisipasi kondisi seperti saat ini, pihaknya harus meningkatkan efisiensi, mengatur pengeluaran skala prioritas yang menjadi program, sehingga masih tetap berimbang antara pemasukan dengan pengeluaran.
Bagi PT. Mitra Tani, melemahnya rupiah tidak terlalu terganggu, karena seluruh hasil penjualan Mitratani itu dalam bentuk dolar.
Dengan melemahnya rupiah, otomatis kita akan mendapatkan rupiah yang lebih banyak.
Dari sisi pembiayaan operasiaonal tidak mengalami gangguan, namun demikian karena Mitratani untuk investasi menggunakan dolar dari awal tahun dengan kurs yang ditetapkan 13.500, maka melemahnya rupiah adanya suatu konsekwensi membayar ke bank selisih dari pada kurs itu sendiri. “Akan tetapi secara keseluruhan untuk Mitratani tidak ada masalah ” ungkap Guntaryo.
Lebih lanjut Direktur Utama PT. Mitratani Dua Tujuh ini menerangkan, untuk ekspor barang tidak berpengaruh, karena kita ekspor berdasarkan pesanan pembeli. “Untuk tahun ini kita ekspor sekitar 8000 ton dan untuk lokal sekitar 2500 ton merupakan suatu program daripada Mitratani untuk tahun 2018 ini,” tuturnya.
“Kemungkinan terburuk, jika dolar terus melonjak, maka akan ada gangguan di program investasi dan pengembangan untuk meningkatkan kapasitas, sehingga kalau kapasitas ini tidak kita tingkatkan maka volume ekspor bisa juga tidak bisa meningkat, akhirnya persaingan dengan negara lain kita akan menjadi perbandingan yang menurun dengan negara lain.”
Dampak secara langsung pembelian daripada investasi barang-barang investasi impor akan lebih meningkat kebutuhan dananya.(eva)