Desa Sukoreno Umbulsari Siap Arak Ogoh-ogoh Sambut Hari Raya Nyepi

oleh -149 Dilihat
oleh
Pengerjaan ogoh-ogoh di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari hampir selesai.

JEMBER, PETISI.CO – Tidak perlu jauh-jauh ke Pulau Bali kalau hanya ingin melihat perwujutan Buta Kala (Patung Raksasa) yang selalu hadir menyertai perayaan Hari Raya Nyepi. Karena dengan mudah patung itu bisa dijumpai pada sejumlah tempat di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember.

Seperti halnya yang terlihat di desa yang nilai Kebhinnekaan-nya patut diacungi Jempol. Di kampung tersebut, banyak warga yang sibuk merampungkan patung ogoh-ogoh.

“Ini sudah dikerjakan sejak awal Februari hingga hari ini mas,” ungkap Wahyu Widodo Rabu malam (22/3/2017) kepada awak media.

Widodo, begitulah panggilan akrabnya ketua panitia ini, menjelaskan untuk membuat satu set patung ogoh-ogoh biasanya menghabiskan biaya antara Rp 1,5 – 2 juta. Sedangkan proses pengerjaannya biasanya dilakukan tiap malam hari, selepas aktifitas kerja.

Semua warga laki-laki, mulai dari yang muda hingga dewasa turut serta dilibatkan dalam prosesi menggarapan ogoh-ogoh.

” Biaya itu dipungut secara swadaya dari masing-masih keluarga Hindu yang ada didesa ini,” jelasnya.

Seluruh ogoh-ogoh yang hingga kini pengerjaannya belum selesai 100% itu lanjut Widodo, diupayakan rampung sebelum hari pelaksanaan Hari Raya Nyepi. “Tanggal 27 minggu depan, semua ogoh sudah harus siap mas,” lanjutnya.

Diceritakan oleh Widodo, ketika menyambut perayaan Hari Raya Nyepi, biasanya setiap Pure membuat satu hingga dua ogoh-ogoh, sedangkan di Kecamatan Umbulsari sendiri, ada enam Pure, dan masing-masing tersebar di Desa Sukoreno, Gunungsari, dan Umbulsari, sehingga ketika acara tersebut bisa dipastikan sangat ramai.

“Sudah bisa dipastikan, ketika acara perayaan ogoh ogoh desa kami ramai. Selain dari Sukoreno sendiri, banyak wisatawan dari luar Umbulsari yang datang ke sini guna menyaksikan perayaan yang populer di Pulau Dewata ini, baik warga yang beragama diluar Hindu seperti Islam dan Kristiani,” paparnya.

Diketahui, warga yang tinggal di Desa Sukoreno sendiri bukan hanya beragama Hindu saja, namun juga warga beragama Islam maupu Kristiani. Namun demikian mereka berdampingan dengan rukun dan saling menghormati.

Hal ini juga tidak terlepas dari campur tangan 3 pilar yakni, Desa, Babinsa dari Koramil Umbulsari dan Babinkamtibmas dari Mapolsek Umbulsari, yang selalu bahu membahu menyerukan rasa saling menghormati antar agama dan Kebhinekaan.

“Indonesia adalah milik kita, saling menghormati antar agama yang diakui negara, adalah kunci utama menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI,” ujar Sudarmono Babinkamtibmas Desa Sukoreno menirukan ketika dirinya memberi pengetahuan kepada warga binaannya.

Terciptanya kerukunan antar umat beragama yang sudah berjalan puluhan tahun itu, pantaskah ketika Desa Sukoreno ini di jadikan percontohan tentang Kebhinekaan?(yud)

No More Posts Available.

No more pages to load.