Dewan Minta Pemkot Tuntaskan Persoalan Sampah di Belakang RS Darmo

oleh -504 Dilihat
oleh
Suasana hearing di Komisi C DPRD Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO – Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Jalan Taman Ketampon, Kelurahan Dr Sutomo, Kecamatan Tegalsari, dikeluhkan manajemen Rumah Sakit (RS) Darmo.

Hal itu dikarenakan lokasinya berada persis di belakang rumah sakit legendaris itu, sehingga bau tak sedap mengganggu pasien dan petugas medis. Selain itu, antrean gerobak sampah di sepanjang jalan menutup atau menghalangi akses jalan ke RS Darmo dari pintu belakang.

Hal ini disampaikan Direktur RS Darmo, dr Sulung Budianto saat hearing dengan dinas terkait di Komisi C DPRD Surabaya, Rabu (27/09/2023).

“Angkutan sampah sih lancar, tapi sekarang volume sampah makin banyak karena limpahan dari TPS Pandegiling. Bahkan, banyak gerobak sampah berjajar mulai pukul 06.00 hingga 11.00,” ujar Sulung.

Keberadaan gerobak sampah ini, lanjut dia, tidak hanya di Jalan Taman Ketampon saja, tapi juga sudah melebar ke daerah sekitarnya. Akibatnya pintu masuk ke poliklinik dan ruang jenazah terhalang gerobak sampah.

“Kami ingin bangunan yang di belakang itu sebagai alternatif layanan untuk pasien. Karena UGD RS Darmo tidak bisa keluar masuk dari pintu depan lantaran Jalan Raya Darmo ditutup total karena ada Car Free Day (CFD),” ungkapnya.

Sulung menambahkan, sebenarnya persoalan (sampah) ini sudah pernah disampaikan ke pengurus RT maupun RW. Keluhan tersebut kemudian direspons dan dilakukan pembersihan sampah. Tapi sekarang kembali lagi.

“Pernah petugas keamanan kita gegeran atau adu mulut dengan petugas gerobak sampah dari kampung. Kita tak ingin kejadian seperti itu terjadi lagi,” keluhnya.

Sulung menjelaskan, jika tumpukan sampah di pinggir jalan itu 1berasal dari dua kelurahan, yakni Kelurahan dr Sutomo dan Pandegiling. Untuk itu, dia meminta solusi terkait penanganan sampah di sana. Misalnya, sampah direlokasi ke tempat lain.

”Intensitas pengangkutan sampah juga harus ditingkatkan. Karena untuk TPS Ketampon ini volumenya memang cukup besar, yakni tiga rit. Kami ingin dikembalikan ke posisi semula, yakni satu rit. Harus dibagi-bagi agar tak menumpuk di sini,” tegas Sulung.

Lebih jauh, dia mengaku, RS Darmo siap memperbaiki tembok TPS yang ambrol agar tak menyumbat saluran air.

“Kami siap koordinasi dengan dinas terkait,” imbuhnya.

Di samping itu, M Rokim selaku perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya menyatakan, bahwa volume sampah di TPS Jalan Taman Ketampon memang bertambah. Ini memang tak bisa dihindari karena kalau TPS ini ditutup tentu akan lari ke tempat terdekat.

“Kami belum ada lokasi TPS pengganti. Yang jelas, angkutan sampah tak boleh telat, dan kita juga turun melakukan pembersihan agar tak kumuh dan juga menyemprotkan zat untuk menghilangkan bau sampah,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Baktiono memahami keluhan pihak RS Darmo. Karena memang rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang higienis karena menyangkut kesembuhan pasien. Apalagi TPS tersebut berada di pintu belakang RS Darmo.

”Ini tidak pantas. Apalagi ada di tengah kota. Sangat mengganggu pemandangan,” ujar Baktiono.

Dia mengaku, pengaduan ini sebenarnya sudah dihearingkan di Komisi C dan sudah ditindaklanjuti. Tapi fakta di lapangan masih belum tuntas. Justru volume sampah semakin banyak di Jalan Taman Ketampon, bahkan antrean gerobak sampah tambah panjang.

“Makanya, pihak terkait kita undang lagi dengan konsekuensi yang jelas dan lebih terarah. Ada solusi jangka pendek, menengah, dan panjang. Kalau untuk jangka panjang biar dipikirkan Pemkot Surabaya,” ungkap Baktiono.

Lantas apa solusi jangka pendek? Politisi senior PDI-P ini menjelaskan, akan menempatkan compector atau tempat sampah di lokasi warga biasa membuang sampah sembarangan itu, yakni di Jalan Teuku Umar, dekat jembatan.

Berikutnya, lanjut Baktiono, ada pengurangan volume sampah di TPS Ketampon, dan dialihkan ke TPS Kembang Kuning yang bisa menampung satu rit. Karena sebelumnya TPS Ketampon menampung tiga rit angkutan sampah.

Plus penempatan tong sampah di Jalan Teuku Umar, sehingga gerobak-gerobak sampah tidak berjajar di Jalan Ketampon.

Sedangkan solusi untuk jangka menengah, jelas Baktiono, Pemkot Surabaya kan memiliki beberapa aset, meski kecil nanti bisa dimanfaatkan dan dibagi untuk TPS, yakni di sekitar Taman Bogowonto, Taman Ketampon, dan Pandegiling.

“Ya, pokoknya supaya terbagi. Karena sebelumnya volume terbesar itu dari TPS Pandegiling yang sekarang ditutup karena di sana ada traffic light dan jembatan layang. Maka di daerah itu nanti kita tempatkan tong sampah dari DLH yang mudah diangkut, sehingga bisa mengurangi volume sampah di TPS Ketampon. Warga Pandegiling kan lebih dekat ke situ ketimbang ke TPS Ketampon,” beber Baktiono.

Lebih jauh, dia menjelaskan, TPS Ketampon itu volumenya kecil sekali karena di sana berdiri perumahan-perumahan besar dan perkantoran. Di Jalan Taman Ketampon sebelumnya memang ada TPS kecil untuk menampung sampah di daerah padat penduduk dan Pasar Pandegiling.

“Karena itu, sebagai solusi, kita memberi batas waktu hingga 9 Oktober 2023 untuk mengeksekusi,” pungkas Baktiono. (riz)

No More Posts Available.

No more pages to load.