Di Wilayah Keputih, Ambulan Tak Boleh Nyalakan Sirene

oleh -61 Dilihat
oleh
Spanduk yang ditujukan kepada sopir ambulance.

SURABAYA, PETISI.CO – Spanduk bertuliskan imbauan pada pengendara ambulan terpasang dibeberapa titik yang ada di Kelurahan Keputih. Dalam spanduk itu, ada beberapa point yang menjadi keresahan warga disana. Pertama, yakni ambulan (mobil jenazah) diminta untuk mematikan sirine. Kedua, pengantar jenazah juga diminta untuk tidak arogan.

Pada bagan bawahnya tercantum tulisan #Jangan Ganggung Ketentraman Kampung Kami. Ketua LPMK Keputih, Indi Nuroani mengungkapkan, alasan dari terpasangnya spanduk itu lantaran warga di Keluruhan Keputih mengaku terganggung akan adanya hal itu.

Ia menyatakan bahwa mengingat banyaknya hilir mudik ruangan sirene ambulance yang rutin berlalulalang menuju TPU Keputih. Alhasil hal itu disebutnya bisa membawa dampak pada psikologis warga.

“Sekarang kita tahu angka kematian tertinggi di Jatim ada di Surabaya. Sehingga jumlah jenazah yang dimakamkan di kampung kami, di Keputih ini luar biasa banyak. Dalam satu hari bisa lebih dari 50 jenazah,” ungkap Indi.

Indi mengatakan, meski begitu dia menegaskan bahwa kegiatan pengantaran jenazah bukan merupakan hal yang dimasalahkan.

“Kami tidak mempersoalkan jenazah covid yang dimakamkan di tempat kami. Ini kebutuhan semua tapi suara sirine mobil jenazah yang sangat mengganggu,” ujarnya.

Karena itu, akhirnya banyak warga yang berbondong-bondong memberikan masukan. Mereka merasa resah akan adanya deru kencang suara sirine, terutama ketika kondisi malam hari.

“Karena mobil jenazah ini tidak ada jamnya, mulai pagi sampai pagi lagi. Terutama pada saat malam haru, sirinenya benar-benar meresahkan warga sini,” kata Indi.

Dirinya menambahkan, untuk pengantar jenazah sendiri ungkapnya, sering terlihat tidak memakai helm. Adapun juga dari mereka yang berboncengan 3 orang dalam satu motor.

“Bahkan tidak jarang warga kami mengadu sampai dipukul, dipepet sampai jatuh. Itu banyak sekali terjadi,” paparnya.

Berkaca dari kejadian yang ada, maka LPMK bersama ormas-ormas yang ada di wilayah keputih, sepakat untuk membuat spanduk yang berisi imbauan.

“Kami dari LPMK dengan ormas-ormas di wilayah keputih, ada Muhammadiyah, Ansor, banser, dan lain-lain sepakat, mari kita membuat imbauan secara tertulis kemudian kita pasang dibeberapa titik,” urai Indi.

Sementara itu, Misyani (64) warga Kelurahan Keputih mengaku, suara sirine itu dirisanya sangat menggangu saat tengah malam. Terlebih lagi mengingat kondisinya yang sudah memasuki usia senja hal itu membuatnya takut.

“Takut, ngeri, kadang ga sampai 5 menit datang lagi. Dari pagi sampai tengah malam begitu terus, Yang tua ini bisa gak mati gara-gara corona, tapi mati karena kaget,” pungkas Misyani. (dwd)

No More Posts Available.

No more pages to load.