Dilapori Ada Balita Down Syndrome, Ning Juliana: Negara Harus Hadir!

oleh -97 Dilihat
oleh
Juliana Eva Wati, S.H., M.Kn., saat bersama balita penderita Down Syndrome

SURABAYA, PETISI.CO – Ketika akan menjelang usai pagelaran agenda acara Reses dalam Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jasmas), Ning Juliana tiba-tiba mendapatkan pengaduan lain dari salah satu warga perangkat RT di Pacar Kembang.

Pengaduan tersebut benar-benar sangat memprihatinkan dan membuat tanda tanya besar, dimana rasa kemanusiaan dari oknum salah satu staf dari Puskesmas Pacar Keling Kecamatan Tambaksari Surabaya?

Pasalnya, Aldan Satria Susanto bayi berumur 2 tahun yang merupakan anak keempat dari Yuan warga Pacar Kembang menderita penyakit Down Syndrome, yaitu komplikasi jantung bocor, penglihatan, pendengaran dan komplikasi lainnya, namun tidak pernah mendapatkan penanganan khusus.

Menurut Ning Juliana, bayi berumur 2 tahun penderita Down Syndrome yang bernama Aldan Satria Susanto sangat perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus dari Pemkot melalui Dinas Kesehatan Surabaya.

“Anak-anak Down Syndrome ini memang perlu penanganan khusus yang memang harus ditangani, terutama oleh Pemerintah Kota melalui Dinas Kesehatan Surabaya,” ungkap Ning Juliana kepada wartawan Petisi.co, Minggu (16/10/2022) malam.

“Dan negara harus hadir dalam persoalan ini,” imbuhnya.

Sewaktu disinggung terkait penanganan dan pelayanan dari pihak puskesmas, Ning Juliana mengaku sangat menyayangkan tindakan dari salah satu oknum staf puskesmas yang kurang mengedepankan azas kemanusiaan.

“Seharusnya Aldan Satria Susanto ini mendapatkan susu nutrisi khusus untuk menjaga pertumbuhannya agar semakin baik, namun ternyata malah ada pengaduan laporan yang seharusnya tidak sepatutnya dilakukan oleh pihak puskesmas selama ini terhadap orang tua dari Aldan Satria Susanto,” ujar Ning Juliana.

Sesuai dengan program Walikota dan Wawalikota Surabaya selama ini, Ning Juliana berharap kedepannya tidak ada lagi keluhan warga terhadap pelayanan dari puskesmas. Atas temuan laporan pengaduan dari warga, menurut Ning Juliana akan menjadi catatan khusus bagi DPRD untuk disampaikan kepada Pemerintah Kota Surabaya.

“Nanti setelah kami laporkan untuk segera dilakukan outtrace, harapan kami kedepannya tidak ada lagi suara-suara sumbang atau perkataan yang seharusnya tidak perlu dikatakan kepada masyarakat golongan MBR,” kata Ning Juliana, selaku Anggota DPRD yang selalu berpihak kepada masyarakat kecil.

Ning Juliana berpendapat, sebagai pelayan publik sudah sepatutnya melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya dan juga harus lebih mengutamakan, serta mengedepankan azas kemanusiaan.

“Pemerintah Kota Surabaya telah menetapkan anggaran yang telah ditetapkan untuk penanganan anak-anak penderita Down Syndrome, dan sudah sepatutnya pihak puskesmas memberikan haknya kepada mereka tanpa perlu adanya perkataan yang tidak manusiawi,” ucap Ning Juliana.

“Dan sekali lagi kami tegaskan, sebagai pelayan masyarakat harus bisa lebih memanusiakan secara manusiawi. Tidak perlu ada perkataan atau nada sumbang yang seharusnya tidak perlu diucapkan sebagai pelayan masyarakat,” tegasnya Ning Juliana.

Perlu diketahui juga, awalnya Yuan merasa kaget dan enggan ditemui ketika Ning Juliana bersama warga mendatangi rumahnya ketika usai reses. Setelah Ning Juliana berkomunikasi sebagaimana mestinya sebagai Wakil Rakyat, akhirnya Yuan tidak menyangka lalu bersedia membuka diri, dan mengadukan persoalannya kepada Ning Juliana yang merupakan Wakil Rakyat di DPRD Kota Surabaya.

Yuan merupakan warga Pacar Kembang beranak empat dan bersuami yang bekerja sebagai ojol (Ojek online, red). Kadang kala Yuan juga membantu suaminya mencari nafkah dengan bekerja sebagai ojol juga.

Aldan Satria Susanto merupakan anaknya yang keempat berumur dua tahun. Sedangkan anaknya yang besar juga masih duduk di bangku sekolah SMK Swasta daerah Karang Menjangan dengan SPP diatas Rp 400 ribuan sebulan.

“Nanti akan kami diskusikan kembali dan kami laporkan bagaimana baiknya kepada Pemerintah Kota Surabaya, supaya dapat meringankan beban ekonomi dari Ibu Yuan sekeluarga,” pungkas Juliana Eva Wati, S.H., M.Kn., selaku Anggota Komisi D yang dikenal selalu menjadi pemerhati sosial di DPRD Kota Surabaya.

Mengutip dari laman Diskominfo Jatim, pada tahun 2019 lalu dalam 17 tahun terakhir jumlah kelahiran down syndrome meningkat cukup pesat dengan perbandingan 1:700 dari kelahiran hidup. Saat ini jumlahnya masih belum diketahui pasti. Diperkirakan di seluruh dunia mencapai jumlah 8 juta kasus lebih.

Sedangkan di Indonesia diperkirakan ada lebih dari 3 ribu kasus (3.75 persen). Di Surabaya sendiri diperkirakan mencapai sekitar 924 anak lebih. Angka ini diperoleh dari perhitungan perbandingan kelahiran anak Down Syndrome dengan jumlah anak usia 0-18 tahun di Surabaya yang mencapai 659.328 anak diperkirakan meningkat. (riz)

No More Posts Available.

No more pages to load.