Direktur PPHP Kementan Hadiri Panen Raya Padi di Boyolali

oleh -123 Dilihat
oleh
Direktur PPHP Kementan Yasid Taufik, Kadispertan Boyolali Ir.Bambang Jianto, Komandan Kodim Boyolali Letkol Arh Nova Mahanes Yudha, Sekda Boyolali Sri Ardiningsih, saat panen raya padi

“Terima Kasih Dukungan TNI-Polri”

BOYOLALI, PETISI.CO – Direktur PPHP (Pengolahan dan Pemasaran Holtikultura Pertanian) Kementan RI Ir.Yasid Taufik MM, Kadispertan Kabupaten Boyolali Ir.Bambang Jianto, Komandan Kodim 0724/Boyolali Letkol Arh Nova Mahanes Yudha, Sekda Boyolali Dra. Sri Ardiningsih, bersama jajaran Muspika Ngemplak dan para petani Dk. Ngepreh Ds. Dibal Kecamatan Ngemplak, melaksanakan panen raya padi Musim Tanam (MT) pertama 2018, Kamis (11/01/2018).

Acara panen raya ini diawali dengan sambutan Camat Ngemplak, Nugroho W.S. Ssos. Menurutnya, bahwa Musim Tanam 1 ini semua berjalan baik, jumlah lahan tanaman padi secara keseluruhan di Kecamatan Ngemplak ada 1756 Ha.

“Sedangkan untuk panen raya kali kali ini, untuk wilayah Desa Dibal 75Ha, Desa Sindon 15Ha, Desa Donohudan 50Ha, dan Desa Gagak Sipat 10 Ha, seluruhnya menjadi 150 Ha,” ujarnya.

Pihaknya berharap, semoga panen kali ini menjadi barokah bagi warga sekitar Kecamatan Ngemplak.

Sementara, Ketua GP3A, H. Samidi menambahkan, tanam yang dilaksanakan di Desa Dibal ini menggunakan irigasi dari Waduk Cengklik.  Oleh karena itu, penanamannyapun secara serentak memanfaatkan aliran dari Waduk Cengklik.

Sedangkan untuk harga gabah sudah mencapai 5.500,- per Kg, sehingga kalau 1 Ha panen bisa mencapai 8 Ton, satu Ha bisa mendapatkan rata-rata Rp 40 Juta. “Semua  ini sangat menggembirakan untuk petani,” ujarnya.

Akan tetapi, untuk wilayah Ngemplak masih kekurangan tenaga tanam, sehingga mesin transplanter bantuan dari pemerintah sangat diharapkan.

Sambutan selanjutnya, Direktur PPHP Kementan RI Ir. Yasid Taufik MM,  menjelaskan bahwa harga gabah yang naik menjadi 5.500 per Kg bukan berarti barang yang ada di pasaran kekurangan panen atau ketersediaan barang yang sedikit.

“Namun dikarenakan bahwa penggilingan padi yang terjadi di Indonesia sudah terjadi transformasi, dari penggilingan skala kecil ke penggilingan secara besar atau raksasa dengan efisiensi yang sangat tinggi,” ujarnya.

Bisa dibuktikan dengan banyaknya penggilingan padi skala kecil yang gulung tikar, karena padi begitu masuk ke kilang langsung bisa menjadi beras yang siap dipasarkan.

Dan tidak ada limbah yang tersisa.

“Sehingga harga gabah yang tinggi di petani adalah imbas dari persaingan antara penggilingn-penggilingan kecil yang masih ada,” ujarnya.

Dibandingkan dengan harga beras yang sekarang, mereka yang menaikkan harga gabah pun masih mendapatkan untung yang banyak. “Kami bersyukur dengan naiknya harga gabah ini untuk para petani, serta dengan dukungan dari TNI-Polri mari kita berupaya menjadi bangsa berdaulat atas kebutuhan pokok kita,” tambahnya.(red)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.