DPRD Surabaya Minta Klarifikasi Satpol PP, Terkait Penertiban Pedagang Pasar Tumpah Kutisari yang Sempat Viral

oleh -999 Dilihat
oleh
Komisi B DPRD Surabaya ketika gelar hearing bersama Satpol PP Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO – Penertiban pedagang pasar tumpah atau pasar krempyeng di Jalan Kutisari Selatan V, Rabu (13/03/2024) lalu sempat viral di media sosial (medsos), terkait sikap petugas Satpol PP yang dinilai kurang humanis terhadap pedagang.

Komisi B DPRD Kota Surabaya pun minta klarifikasi dengan mengundang hearing pihak-pihak terkait, seperti Satpol PP, Dinas Koperasi, Lurah Kutisari, dan Camat Tenggilis Mejoyo di ruang Komisi B, Senin (18/03/2024) sore.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya, Anas Karno

Usai hearing, Ketua Tim Pencegahan Gangguan Satpol PP Kota Surabaya, Edi Wiyono menyampaikan bahwa penertiban pedagang pasar tumpah di Jalan Kutisari Selatan V ini bukan kali pertama, tapi sudah kedua kalinya.

Dia menjelaskan, para pedagang di Jalan Kutisari Selatan V sudah dimasukkan atau dipindah ke pasar semi modern freshmarket.

“Otomatis semua pedagang sudah pindah ke sana (freshmarket),“ katanya.

Pasca pedagang masuk pasar freshmarket, lanjut dia, pihaknya melakukan survei dengan bertanya langsung kepada para pedagang dan ternyata tidak pernah mengalami penurunan omzet. Ini karena para pedagang sama-sama pindah ke pasar freshmarket dan tidak ada yang jualan di luar.

“Tapi begitu ada sekelompok pedagang balik berjualan di luar, maka mulai terjadi penurunan omzet. Kenapa? Karena ada pedagang yang berjualan di dalam dan di luar,“ beber Edi Wiyono.

Dia menuturkan, penertiban yang dilakukan Satpol PP, Rabu (13/3/2024) kemarin itu, sebenarnya menunggu momen atau waktu yang tepat. Kenapa begitu? Karena ketika Satpol PP akan melakukan penertiban masih banyak ada proses tahapan Pemilu 2024.

“Jadi, kami menunggu sampai pemilu selesai. Kemudian kami melakukan sosialisasi lagi dan akhirnya penertiban,” ungkapnya.

Terkait penertiban yang sempat viral di medsos, Edi Wiyono mengaku, memang ada kesalahan dalam melakukan penertiban pedagang waktu di lapangan. Karena memang ada perlawanan luar biasa dari pedagang.

“Jadi teman-teman bisa lihat sendiri videonya riilnya seperti apa. Perlawanan ke petugas itu luar biasa dan bisa dikatakan anarkis,” jelasnya.

Lebih jauh, dia menegaskan, pihaknya tidak melarang pedagang berjualan. Silakan berjualan di lokasi yang benar.

“Kalau lokasinya benar seperti di pasar freshmarket yang sudah disiapkan kan enak,” tandas Edi Wiyono.

Soal target penyelesaian persoalan ini, dia mengaku akan lebih intens melakukan sosialisasi lagi, sambil menunggu suasana reda dulu agar tak ada tindakan anarkis.

Dia juga berharap para pedagang berjualan di lokasi yang sudah disediakan Pemkot Surabaya. Karena di situ tidak ada tarikan, listrik dan air gratis, dan tidak ada biaya sewa stand. Biaya parkir pun tak ada. Jadi semua benar-benar free.

Intinya, kata dia, sebenarnya para pedagang ini semua sudah masuk dan punya tempat di pasar freshmarket.

“Ya, mungkin dulunya tempat itu (pasar krempyeng) ada yang mengelola, kita juga tidak tahu ya. Dengan pedagang berpindah ke freshmarket, mungkin ada yang merasa kehilangan. Lha dari situ mungkin awalnya,” tuturnya.

Ditanya apa sudah menemukan identitas oknum yang jadi provokator dan mengajak pedagang berjualan di luar? Edi Wiyono menegaskan, pihak Satpol PP dan juga pihak wilayah sudah mengidentifikasi oknum yang jadi provokatornya. Hanya saja pihaknya belum mendapatkan bukti secara fisik, yakni video pada saat mengajak para pedagang untuk berjualan di luar.

“Kalau kita bicara itu kan harus ada bukti. Nah, pembuktian ini yang belum kita dapatkan. Jika sudah didapatkan, kami pasti akan lakukan tindakan tegas. Yang jelas, semua sudah tahu siapa yang di sana dan siapa menggerakkan,” tegasnya.

Sementara itu, Camat Tenggilis Mejoyo Wawan Windarto juga berharap para pedagang kembali masuk ke pasar freshmarket karena tempatnya lebih layak dan bagus. Ya ketimbang berjualan di jalan dan melanggar peraturan daerah (Perda).

“Para pedagang tampaknya memanfaatkan agenda pemilu untuk berjualan di luar. Kami berharap mereka masuk kembali. Kalau tidak kami akan bertindak untuk menegakkan perda,” ujarnya.

Di samping itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya, Anas Karno menyampaikan, penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP dan videonya sempat viral itu sebenarnya sudah dilakukan secara humanis.

“Tapi video penertiban ada yang dipotong sehingga penertiban yang dilakukan Satpol PP itu seakan-akan kurang humanis. Padahal videonya yang utuh, penertiban oleh Satpol PP itu cukup humanis,” jelas Anas Karno.

Lebih jauh, Anas Karno membeberkan, bahwa pasar krempyeng di Jalan Kutisari Selatan V itu sebenarnya kasus lama. Mereka ditertibkan dan disiapkan tempat jualan oleh Pemkot Surabaya di pasar internasional freshmarket.

Tapi seiring perjalanan waktu, kondisi pasar freshmarket yang baru itu kan tidak bisa langsung ramai, tapi butuh proses. Dalam proses tersebut dilakukan penertiban pedagang yang kembali berjualan di tempat lama, yakni di Jalan Kutisari Selatan V.

“Intinya, para pedagang itu kembali berjualan di jalan dan terjadi penertiban lagi oleh Satpol PP kemarin,” terang Anas.

Namun penertiban, lanjut dia, Komisi B merekomendasikan kepada Satpol PP agar penertiban terhadap pedagang perempuan dilakukan oleh petugas perempuan. Hal ini agar lebih soft dan humanis.

Lebih jauh, politisi PDI-P ini menekankan, bahwa Jalan Kutisari Selatan V tersebut bukan lahan dan area untuk pasar. Karena itu, Dinas Koperasi, Lurah dan Camat harus merekomendasikan agar memberikan bantuan penertiban (bantib) kepada Satpol PP agar pasar freshmarket ini bisa berjalan sesuai tujuan dan visinya, yakni melakukan pemindahan dengan benar.

“Ini sudah kita sampaikan. Kemarin itu kan masih ada agenda politik, sehingga kita harus soft. Sekarang sudah selesai dan harus dilakukan penertiban secepat mungkin karena memang itu bukan tempat untuk pasar,” tegas Anas Karno.

Lebih jauh, dia mengaku, ini semua memang butuh proses dan Pemkot Surabaya sendiri sudah mempersiapkan ini sejak 2018. Artinya, harus ada support dari semua elemen masyarakat, lurah, camat, dan pedagang.

“Ayo kita semua mematuhi. Karena banyak masyarakat yang pilih gampangnya saja. Mereka tidak mau masuk ke pasar tapi memilih mudahnya saja, yakni beli di pinggir jalan. Mari kita tingkatkan kesadaran kita bersama-sama membangun Surabaya agar tertib dan pasarnya juga ramai,” pungkas Anas Karno. (riz)

No More Posts Available.

No more pages to load.