Firli antara Jokowi dan Oligarki

oleh -165 Dilihat
oleh

SAHABAT SEPROFESI –jurnalis freedom news– Asyari Usman Rabu 5 April lalu membuat tulisan menarik berjudul : Firli Bahuri Ketua KPK akan Menjadikan Anies Tersangka, Perintah Siapa?

Bak gayung bersambut hari ini Sabtu 8 April, penulis membuat Catatan Akhir Pekan dengan judul Firli antara Jokowi dan Oligarki meramesi –melengkapi– tulisan sahabat Asyari Usman.

Untuk diketahui, selama sepekan di awal bulan April ini Firli Bahuri jadi trending topic. Dia unjuk gigi pamer kekuasaannya sebagai Ketua KPK. Dia menunjukkan bisa berbuat apa saja. Dia ‘buang’ orang-orang lurus dari lembaga anti rasuah yang bermarkas di kawasan perkantoran elit di Jln Kuningan, Jakpus itu.

Firli memakai tangan besi memberhentikan Brigjen Pol Endar Priantoro sebagai Direktur Penyidikan KPK lantaran menolak menaikkan Formula E (FE) ke penyidikan untuk menjadikan Anies Baswedan tersangka.

Buntut dari pemberhentian Pati Polri aktif itu, pada hari Kamis sejumlah pegawai KPK protes dan sempat mogok kerja seperti diwartakan koran Jawa Pos, Jumat kemarin.

Dengan jabatannya, Firli meski diprotes tetap berhentikan Endar dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan Anies Baswedan sebagai tersangka dugaan korupsi penyelenggaraan balap FE.

Sudah jelas tidak ada bukti-bukti korupsi, tetapi Firli yang purnawiran Komjen Polisi ini ngotot agar diciptakan kasus korupsi.

Semua orang paham tujuannya. Yaitu, menggagalkan Anies Baswedan ikut Pilpres 2024. Agar capres lain yang mewakili keinginan oligarki bisnis tidak punya lawan tanding nantinya.

Berbagai cara dilakukan Firli di KPK untuk menjadikan Anies tersangka. Dia memaksa tim penyelidik KPK agar segera menaikkan kasus FE ke tahap penyidikan. Ini artinya memaksakan Anies jadi tersangkanya. Padahal, berdasarkan gelar perkara setahun lalu 28 September 2022, tim penyelidik menyimpulkan tidak cukup bukti untuk memenuhi permintaan Firli.

Waktu itu, para penyelidik senior KPK terang-terangan melawan perintah  atasannya Ketua KPK. Sekarang, Firli menyingkirkan bawahannya yang menolak perintahnya menjadikan Anies tersangka.

Firli mengembalikan Direktur Penyelidikan Brigjen Pol Endar Priantoro dan Deputi Penindakan Brigjen Pol Karyoto ke Mabes Polri.

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo justru mempromosikan  Karyoto menjadi Kapolda Metro Jaya menggantikan Fadil Imran. Dan, Kapolri memperpanjang masa tugas Endar di KPK karena belum ada posisi Kepolisian. Firli tak peduli. Dia tetap memberhentikan Endar dengan alasan masa kerjanya sudah habis. Luar biasa.

Hebat sekali tindakan Firli. Entah perintah siapa yang sedang dia laksanakan agar Anies jadi tersangka. Hanya Firli yang tahu siapa yang meremote dirinya supaya mentersangkakan Anies.

Yang jelas, kalangan Oligarki bisnis tidak suka Anies ikut Pilpres, apalagi sampai menjadi Presiden.

Apakah itu berarti Firli menjadi Boneka Oligarki? Wallahu a’lam. Tapi, tidak salah bila ada yang bependapat Firli hanya melaksanakan keinginan Presiden Jokowi yang juga tidak rela Anies ikut pilpres. Sekali lagi, wallahu a’lam.

Yang bisa menjawab adalah langsung Filri. Kita semua hanya bisa melihat gejala dan gelagat. Gelagat itu menunjukkan bahwa Firli sedang menjalankan missi orang kuat atau kelompok orang kuat agar menjadikan Anies tersangka. Kalau sudah berstatus tersangka, maka KPK bisa kapan saja menangkap dan menahan mantan Mendiknas  era  Jokowi jadi presiden priode pertama itu.

Mengapa Firli begitu “all out” untuk menjadikan Anies tersangka? Tentu ada sesuatu yang sangat besar. Kalau tidak, mana mungkin Firli bersedia mengambil risiko tinggi.

Mentersangkakan Anies itu sangat berbahaya bagi Firli. Dia tahu itu. Namun, mengapa Firli siap mengambil risiko tinggi itu?

Hanya satu jawabannya. Yaitu, dividen yang sangat besar. Logikannya sama dengan investasi uang di sektor yang berisiko sangat tinggi. Iming-iming “return”-nya pasti besar.

Mengapa lewat Firli dan mengapa FE? Karena tidak ada sedikit pun jejak korupsi Anies per definisi yang bisa dimainkan. Hanya FE yang memunculkan alasan semu yang bisa diolah. Kekeliriuan administratif diolah menjadi pelanggaran pidana. Semacam “manufactured crime indictment” alias “dakwaan pidana olahan”.

Kita ini hanya bisa mengatakan kepada Firli bahwa hidup ini bagaikan putaran roda. Suatu hari nanti, pasti, dia akan kehilangan kekuasaan yang hari ini dia kuasa berbuat sewenang-wenang.

Firli lupa, bahwa ketika dia nanti tidak berkuasa lagi, akan ada orang lain yang berkuasa. Orang lain itu bisa jadi Anies Baswedan. Dan mungkin tak lama lagi.

Takdir kuasa ilahi rabbi, bukan milik Firli Bahuri. Ingat itu Fir.(fimdalimunthe55@gmail.com)

No More Posts Available.

No more pages to load.