Gubernur Khofifah Dorong Perpustakaan Kembangkan Inovasi Digital Menuju Era Society 5.0

oleh -100 Dilihat
oleh
Gubernur Khofifah bersama siswa yang bertalenta tinggi di berbagai bidang.

SURABAYA, PETISI.CO – Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mendorong perpustakaan untuk terus mengembangkan inovasi terutama berbasis digital. Peran perpustakaan semakin penting karena tidak hanya membudayakan gemar membaca, tetapi juga meningkatkan literasi masyarakat untuk menghadapi era Society 5.0.

“Saat ini zaman sudah berubah dari dulunya kesulitan mencari informasi, sekarang ini kesulitannya adalah memilih dan memilah informasi,” katanya saat menjadi narasumber dalam Webinar Literasi untuk Kesejahteraan: Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial secara virtual di VVIP Room Bandara Juanda Sidoarjo, Senin (15/11/2021).

Menurutnya, di era keberlimpahan informasi saat ini, perpustakaan harus terus berinovasi secara digital. Sebab, di era ini perpustakaan tidak hanya sekedar membudayakan gemar membaca, tapi juga diharapkan meningkatkan literasi digital.

“Perkembangan teknologi memungkinkan setiap orang bisa mengakses dan mendapatkan informasi dari manapun. Hal ini selain memiliki dampak baik, juga memiliki dampak kurang baik, dimana informasi yang tidak terukur tidak bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, kemampuan literasi yang harus dimiliki masyarakat adalah mampu memilih dan memilah informasi. Kemampuan ini, bisa dilatih dengan kebiasaan membaca. “San ini menjadi salah satu peran penting perpustakaan,” tegasnya.

Perpustakaan Jatim, tambah Khofifah, saat ini mengembangkan sejumlah inovasi untuk meningkatkan literasi masyarakat. Diantaranya, menghadirkan layanan peminjaman dan pengembalian dengan konsep drive thrue.

“Perpustakaan Jatim juga bisa diakses secara digital melalui aplikasi “dJatim” yang dapat diunduh di Playstore,” ucap mantan Menteri sosial ini.

Saat ini, dengan transformasi digital yang bisa diakses oleh semua orang memungkinkan dan memudahkan kita semua untuk bisa melakukan sesuatu lebih efektif, lebih cepat, lebih murah dan bisa lebih mudah diakses oleh siapa saja.

Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Melihat fenomena tersebut, saya berharap agar perpustakaan juga dapat mengembangkan layanan berbasis inklusi sosial,” tandasnya.

Di samping itu, juga mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya yang ada, kemauan untuk menerima perubahan, menawarkan kesempatan berusaha, serta melindungi dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM).

Seringkali kita menemukan entitas tertentu yang tidak mudah menerima perubahan. Dalam kondisi-kondisi seperti ini, maka literasi yang bisa membuka ruang-ruang sosial yang lebih inklusif sangat dibutuhkan.

“Bagaimana kita bersama bisa membuka ruang-ruang sosial yang lebih inklusif, pergaulan-pergaulan kita yang lebih intensif, serta interaksi-interaksi kita yang lebih bisa memahami tradisi adat istiadat juga lebih inklusif,” jelasnya.

Khofifah berharap layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan terus dikembangkan. Dimana di Jatim ada perpustakaan yang memberikan layanan drive thru baik untuk memesan buku secara online maupun pengembaliannya.

Kemudian juga penguatan layanan perpustakaan digital berbasis android. Yakni, “dJatim”, serta inovasi layanan Dolen (dongeng online).

“Bagaimana membangun format-format perpustakaan yang lebih friendly terhadap pengunjung, format-format perpustakaan yang membuat pengunjung untuk betah berlama-lama di perpustakaan itu. Tentu bahwa perpustakaan yang bisa membangun komunitas maka ia akan membangun kohesivitas di antaranya,” paparnya.

Di Jatim, saat ini terdapat 27.866 Perpustakaan. Terdiri dari, 78 Perpustakaan Umum, 3.668 Perpustakaan Desa, 17.862 Perpustakaan Sekolah, 4.378 Perpustakaan Rumah Ibadah, 529 Perpustakaan Dinas, 305 Perpustakaan Perguruan Tinggi dan 1.046 Perpustakaan Pondok Pesantren.

Keberadaan perpustakaan ini harus dikembangkan baik kuantitas maupun kualitas, minimal diselenggarakan sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan.

Tidak hanya itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jatim, juga memiliki berbagai bahan pustaka warisan budaya yang penuh dengan ajaran nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Seperti cerita Panji dari Kerajaan Kediri Abad ke-11 M, karya Mpu Dharmaja. Koleksi naskah Panji ini sendiri telah ditetapkan sebagai “Memory of the world”.

“Kita masih punya warisan lainnya, seperti dari jaman Singosari dan Majapahit, yang perlu digali, dikaji, disimpan di perpustakaan, dan dikemas ulang secara menarik agar menjadi bahan bacaan yang disukai masyarakat, sebagai upaya kita untuk melestarikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal warisan budaya bangsa,” tandasnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.