Kelangkaan Pupuk, Petani Lamongan Serasa Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

oleh -145 Dilihat
oleh
H. Abd Ghofur ketua DPRD Lamongan menerima massa aksi saat memperingati hari tani nasional beberapa waktu lalu.

LAMONGAN, PETISI.CO – Memasuki musim hujan yang dibarengi oleh masuknya musim tanam tebar bibit ikan dan padi, petani di Kabupaten Lamongan serasa sesak nafas akan fenomena kelangkaan pupuk dan mahalnya harga bibit ikan sejauh ini.

Otomatis dengan kelangkaan pupuk ini, pasti dibarengi dengan mahalnya harga yang harus di keluarkan oleh para petani. “Apalagi Kabupaten Lamongan sendiri adalah sumber pangan terbesar kedua se Jawa Timur, bila terjadi kelangkaan seperti ini pasti berakibat berkurangan stok pangan nasional,” ungkap Martaji petani asal Desa Rejosari, Kecamatan Deket Lamongan.

Bukan itu saja, hama tikus juga bagai senjata pembunuh massal bagi para petani. Bagaimana tidak, serangan tikus yang terus menerus merusak tanaman padi kami. Segala upaya pun sudah kami kerahkan, namun tikus tikus itu tak kunjung berkurang, malah bertambah volume serangan untuk menyikat habis tanaman kami.

Selain itu pula harga bibit ikan nener atau bandeng pun melonjak signifikan yang dalam benak para petani ikan sangat tidak terjangkau atau melampaui batas. Rasanya kami ini bernafas pun susah dengan keadaan sektor pertanian dan perikanan di lamongan.

Petani Lamongan saat tanam padi.

Seyogyanya pihak terkait, dalam hal ini dinas pertanian atau perikanan mencari solusi atau jalan keluar dengan apa yang di alami para petani belakangan ini. Karena secara tidak langsung sangat berpengaruh dengan ekonomi keluarga.

“Serasa kami ini sudah jatuh tertimpah tangga,” tambah dia.

Jangan hanya fokus untuk meraih penghargaan dari pemerintah pusat saja, namun proses para petani sendiri dalam membantu pemerintah daerah meraih penghargaan yang seolah tutup mata. Masa ketika ada problem besar seperti ini, dinas dinas tersebut hanya tutup mata dan telinga.

Sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk hadir menjadi obat sesak nafas bagi para petani, dengan mencari simpul-simpul mana saja yang mengkakibatkankan kelangkaan pupuk, penanggulangan ham tikus, dan mahalnya bibit ikan. “Kami mohon kepada pemerintah daerah jangan berpangku tangan,” ungkapnya lagi.

Ditemui terpisah akan masalah para petani ini, Ketua DPRD Lamongan, H. Abd Ghofur menyebutkan sudah menyerap suara aspirasi para petani saat ditemui ketika turun ke bawah dan melalui media sosial. Untuk itu sudah menjadi kewajiban fardlu ain bagi kami memperjuangkan aspirasi pejuangan pangan nasional ini.

Saat didesak bagaimana solusinya, dengan tegas Ghofur sapaan akrabnya akan segera memanggil Dinas Pertanian dan perikanan guna mencari jalan keluar. Jangan sampai pemerintah atau wakil rakyat ini abai akan teriakan suara para petani.

Karena tidak dipungkiri 70-80% masyarakat Lamongan adalah berprofesi sebagi petani, dan menjadikan Lamongan adalah salah satu produsen pangan terbesar nasional.

Kami pastikan legislatif akan terus mengawal aspirasi para petani, sampai simpul-simpul itu benar bisa terurai terkait kelangkaan pupuk.

“Bagaimana distribusinya sampai pupuk seakan hilang ditelan bumi, serta hama tikus dan mahalnya bibit ikan,” jelas Ghofur.

Dan dalam waktu dekat kami akan memanggil stake holder atau instansi terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perikanan. Bagaimana hal ini bisa terjadi dan bagaimana pula RDRKnya atau program pola tanam yang mengakibatkan terjadinya kelangkaan yang disertai petani kesulitan mendapatkan pupuk. (ak)

No More Posts Available.

No more pages to load.