Ketua DPW NasDem Jatim: KPU RI Jangan Bikin Gaduh

oleh -93 Dilihat
oleh
Kakak Jess saat dialog dengan wartawan di Kantor DPW NasDem Jatim beberapa waktu lalu

SURABAYA, PETISI.CO – Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Jawa Timur (Jatim) Sri Sajekti Sudjunadi menyoroti pernyataan Ketua KPU RI Hasyim Asyari terkait kemungkinan pemilu 2024 kembali proporsional tertutup. Sajekti meminta KPU tidak membikin gaduh dan mengkhianati rakyat untuk berdemokrasi.

“KPU jangan menciptakan problem dan kegaduhan baru dalam kehidupan nasional, dan bahkan membuat kemunduran demokrasi kita,” ujarnya dalam siaran persnya, Jumat ( 30/12/2022).

Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya

Pihaknya meminta KPU fokus melaksanakan tugasnya menyelenggarakan pemilu sesuai undang-undang yang berlaku saat ini. Serta melaksanakan tahapan pemilu dengan jurdil (jujur dan adil), terbuka dan berintegritas tinggi.

“KPU jangan menafikan partisipasi politik rakyat dalam pemilu yang sedang tumbuh dan bergairah,” tegas perempuan yang biasa disapa Kakak Jess ini.

Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya juga mengkritik statemen Ketua KPU Hasyim Asyari yang melontarkan kemungkinan sistem proporsional tertutup dan pemilu 2024.

Selain tidak patut dan tidak etis, pernyataan tersebut juga melangkahi wewenang dan kapasitasnya. “Demokrasi sepatutnya bukan memundurkan yang telah maju, tetapi memperbaiki dan menata ulang hal yang kurang saja,” katanya.

Menurutnya, sistem pemilu jika benar kembali ke sistem proporsional tertutup, maka terjadi kemunduran luar biasa. Selain menutup peluang rakyat untuk mengenal caleg (calon legislatif), rakyat juga dipaksa memilih “kucing dalam karung”.

Sistem proporsional terbuka, lanjutnya, adalah antitesis dari sistem sebelumnya. Dahulu sistem proporsional terbuka dipilih untuk menjawab persoalan kesenjangan representasi.

“Ada kelemahan pengenalan dan saluran aspiratif rakyat dengan wakil rakyatnya. Dengan kembali ke proporsional tertutup artinya demokrasi kita mengalami kemunduran,” jelasnya.

Willy juga mengingatkan, jika kita menggugat oligarki maka sistem pemilu tertutup justru representasi dari hal tersebut. Di dalam sistem semacam itulah “perlombaan” untuk mendapatkan nomor urut kecil menjadi pertarungan tersendiri di dalam partai.

“Selain itu, asal dekat dengan penguasa partai maka soal kinerja yang buruk tidak akan pernah menjadi soal,” tandas Wakil Ketua Baleg DPR ini

Proporsional terbuka memungkinkan beragam latar belakang sosial seseorang untuk bisa terlibat dalam politik elektoral. “Dengan sistem semacam ini pula, tambahnya, warga bisa turut mewarnai proses politik dalam tubuh partai,” ucapnya.

Politisi muda dari NasDem ini tidak menyangkal masih ada pekerjaan rumah (PR) dan kekurangan dalam sistem pemilu yang kita jalankan saat ini. Namun jangan karena kekurangan yang ada, pilihannya adalah kemunduran.

“Itu sesat pikir namanya. Kalau kita ingin memperbaiki maka harus maju cara berpikirnya, bukan beromantisme dengan sistem lama yang dulu kita koreksi sendiri,” tegas Willy. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.