Komisi B DPRD Surabaya Telusuri Penyebab Kematian Gajah Dumbo di KBS

oleh -105 Dilihat
oleh
Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya, Anas Karno

SURABAYA, PETISI.CO – Komisi B DPRD Kota Surabaya menggelar hearing untuk mencari tahu penyebab kematian satwa gajah, bernama Dumbo milik Kebun Binatang Surabaya (KBS). Pada hearing tersebut, Komisi B menghadirkan pihak pengelola KBS agar titik terang terkait kejelasan kematian gajah berusia 2,5 itu bisa secepatnya diketahui.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya, Anas Karno menilai bawah jajaran KBS kurang terbuka soal peristiwa ini. Menurutnya pengelola harus menyampaikan kejadian yang benar-benar terjadi kepada publik.

“Perkara teknis (hasil) lab dan lain-lain itu menyusul. (Keterbukaan) agar KBS tidak terkesan tertutup dan indikasi lainnya. Itu yang harus betul-betul disampaikan pimpinan KBS,” ungkap Anas, Senin (27/12/2021).

Anas menyatakan, keterbukaan dari pihak KBS perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran informasi, maupun kemunculan berita-berita yang bersifat memojokan jajaran direksi.

“Itu (kebenaran informasi) yang harus betul-betul disampaikan pimpinan KBS. Dua satwa yang lain bulan November adalah orang utan. Saya tanya orang utan mati apa tidak? Dia bilang mati,” kata Anas.

Sementara itu, Dirut PDTS Kebun Binatang Surabaya (KBS), Chairul Anwar menyebut, penyebab kemarian gajah Dumbo itu lantaran terserang elephant herpesvirus. Lebih lanjut, hal ini tidak ada kaitannya dengan pola pemberian makan pada gajah cilik tersebut.

“Hasil dari lab sudah jelas penyebabnya adalah virus, tidak ada hal-hal yang sifatnya keteledoran, (penanganan) kita sesuai SOP. Pelapornanya sudah dilakukan audit oleh BKSD dan hasilnya sesuai standart,” paparnya.

Virus ini, lanjutnya, diketahui sebagai Elephant Endotheliotropic Herpesviruses (EEHV).

Kematian gajah cilik itu kata Chairul juga telah dilaporkan dan dintindaklanjuti oleh BKSDA. Bahkan kata Chairul, pelaporan rutin soal kondisi kesehatan seluruh hewan koleksi KBS telah dilakukan.

“Tiap hari kita laporkan medical report kepada BKSDA dan Kemenhut (Kementerian Lingkungan Hidup dam Kehutanan). Jadi kita gak ada masalah,” tutur Chairul.

Soal paparan EEHV sendiri, pihaknya tak bisa memprediksi kehadiran penyakit pada gajah tersebut. Namun, pola penanganan satwa akan terus ditingkatkan.

“Ini musibah, kita akan perbaiki ke depan,” ucapnya.

Di sisi lain, dia memastikan bahwa dalam kurun waktu setahun ini pihaknya sudah tak menyelenggarakan agenda kegiatan pertunjukkan gajah.

“Nanti kan ada rekomendasi dari kemenhut setelah dilakukan evaluasi. Karena mereka yang punya hak,” pungkas Chairul. (dwd)

No More Posts Available.

No more pages to load.