Museum Mini Sisa Hartaku, Saksi Bisu Keganasan Gunung Merapi

oleh -274 Dilihat
oleh
MENGHARUKAN.Teguh, salah satu wartawan yang ikut rombongan Humas Pemprov Jatim saat melihat pemandangan yang mengharukan, sisa letusan Gunung Merapi.

SLEMAN, PETISI.CO – Ada perasaan sedih dan miris menggunung saat mengunjungi Museum Mini Sisa Hartaku di lereng Gunung Merapi, Sleman, Yogjakarta. Melihat seluruh isinya, seakan tidak percaya jika benda-benda yang dipajang di museum merupakan peninggalan masyarakat dari kejadian letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 silam.

Biasanya mengunjungi sebuah museum mengingatkan kita dengan masa-masa terdahulu yang berkaitan dengan sejarah. Kita akan melihat berbagai peninggalan dari masa lampau yang sudah tergolong unik, sehingga bisa mengambil wawasan cerita di dalamnya.

Namun, wisata sejarah yang satu ini jauh berbeda. Mungkin bisa dibilang bukan sejarah tempo dulu. Melainkan, kejadian yang belum lama terjadi, yang menyebabkan masyarakat di lereng Merapi hidup dalam kenistaan.

Ada perasaan sedih dan miris menggunung saat mengunjungi Museum Mini Sisa Hartaku di lereng Gunung Merapi, Sleman, Yogjakarta

Museum Mini Sisa Hartaku berada di daerah Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Berjarak sekitar 2 kilometer dari pos Jeep, museum ini hanya bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan jeep. Sepanjang perjalanan, tidak ada jalan aspal yang mulus. Jalannya berliku dan jalur terjal bebatuan.

Museum ini gratis. Pihak pengelola tidak tidak memungut biaya sepeserpun kepada para wisawatan. Pengunjung yang datang dari berbagai daerah, bisa memberi uang seikhlasnya di kotak sumbangan.

Dari pintu masuk museum, pengunjung disuguhi pemandangan yang mengharukan. Seperti apa barang-barang yang meleleh, hancur akibat terjangan erupsi Merapi. Benda-benda itu milik warga setempat yang tersisa setelah tragedi tersebut.

Koleksi barang-barang yang terkena erupsi gunung merapi, tidak sedikit. Ada buku-buku, peralatan rumah tangga, foto-foto, mesin jahit, televisi, sebuah laptop, pakaian yang sudah hangus sebagian dan lain-lain. Benda-benda itu berada di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi dan dapur.

Di luar museum, terdapat beberapa barang bukti keganasan “wedus gembel” yang dikeluarkan dari perut Merapi. Mulai dari kerangka sepeda motor, mobil hingga kerangka sapi.

“Begitu panasnya suhu udara yang diluncurkan “wedus gembel” sampai membuat sepeda motor ini meleleh,” kata Kepala Biro Humas Protokol Setdaprov Jatim, Aries Agung Paewai, pimpinan rombongan press tour pokja wartawan pemprov Jatim, Sabtu (3/11/2018).

Tak kalah mirisnya, ada sebuah jam dinding yang sudah meleleh. Pada jam itu, tercatat kisaran angka 12.04.42. Semua jarum penunjuknya menjadi satu tersebut, menjadi saksi sejarah kapan bencana di rumah warga itu datang menimpa.

Erupsi dahsyat gunung Merapi tahun 2010, memang meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagi warga lereng Merapi yang menjadi korbannya. Letusan kala itu menyapu sejumlah desa yang ada di sisi selatan lereng Merapi. Salah satunya adalah Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Museum Rumah Mbah Maridjan

Selain Museum Mini Sisa Hartaku, Pemerintah Daerah DI Yogjakarta juga membangun Museum Rumah Mbah Marijan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Wisata Lava Tour Merapi. Museum ini menempati bekas kompleks rumah Mbah Maridjan yang luluh lantak akibat erupsi Merapi.

Museum tersebut, kini menjadi daya tarik wisata baru, karena telah dilengkapi bangunan pendopo sebagai tempat petilasan Mbah Maridjan. Ada pula ruangan yang menampung benda-benda yang hancur akibat erupsi, mushola, dan gardu pandang.

Lokasi Museum Rumah Mbah Maridjan berada di dalam kawasan Wisata Lava Merapi Kinahrejo. Tepatnya, di dusun Kinahrejo, desa Umbulharjo, kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Bekas atau petilasan bangunan rumah almarhum Mbah Maridjan selaku juru kunci Gunung Merapi dibangun kembali dengan bangunan pendopo terbuka dan diberi foto Mbah Maridjan yang diberi bingkai dengan posisi berdiri. Pada sekeliling pendopo diberi tulisan dilarang masuk dan papan bertuliskan “omahe mbah maridjan“.

Di dekat museum, ada bangunan lain yang menyimpan puing-puing hasil sisa erupsi Gunung Merapi seperti bangkai motor, bangkai mobil, meja kursi, dan sisa-sisa perabotan rumah. Ada juga pendopo yang dapat digunakan untuk bersantai, dan gardu pandang untuk mengamati Gunung Merapi bila tidak tertutup kabut.

Sayang, Sabtu siang itu, Merapi tertutup kabut. Wisatawan gagal melihat indahnya Merapi, karena langit berawan tebal. Hingga menjelang sore hari, awan itu tak kunjung menghilang dari lereng Merapi. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.