Pandemi Covid-19, La Nyalla Pertanyakan Impor Besar-Besaran Alkes ke Indonesia

oleh -80 Dilihat
oleh
La Nyalla (kanan) diskusi dengan Mendag Agus Suparmanto.

JAKARTA, PETISI.CO – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menaruh perhatian terhadap sejumlah komoditi barang jadi dari luar negeri yang masuk ke Indonesia dan mendistorsi produksi dalam negeri. Hal ini menyusul hasil serap aspirasi daerah dan masukan dari APINDO dan KADIN Indonesia ke DPD RI di masa reses.

Demikian disampaikan Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti dalam rapat kerja dengan Menteri Perdagangan (Mendag) RI Agus Suparmanto, di rumah dinas Ketua DPD RI di Jalan Denpasar Raya, Jakarta, Kamis (18/6/2020) petang.

Selain Mendag, raker tersebut juga dihadiri Wakil Mendag Jerry Sambuaga dan sejumlah pejabat di Kementerian Perdagangan. Dari unsur DPD RI, hadir Wakil Ketua III DPD RI Sultan Baktiar Najamudin dan Wakil Ketua Komite II DPD RI Bustami Zainudin serta anggota DPD RI asal Riau, Edwin Pratama Putra.

Sejumlah isu hasil serap aspirasi dan pengawasan DPD di daerah yang terkait dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) disampaikan. Termasuk impor besar-besaran alat kesehatan (Alkes), baik alat pelindung diri (APD) dan wajah (Masker) terkait Covid-19 yang masuk ke Indonesia.

Sementara di satu sisi, industri dalam negeri juga memproduksi barang serupa. “Kami di DPD juga ingin mempertanyakan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) yang menyatakan terjadi peningkatan impor sayuran dan buah-buahan. Pertanyaannya, sayur apa yang tidak bisa ditanam di Indonesia?,” tandas La Nyalla.

Atas sejumlah isu hasil serap aspirasi DPD RI tersebut, Mendag Agus menyatakan akan memperhatikan dan menindaklanjuti. Termasuk komoditas barang jadi yang menjadi perhatian APINDO dan KADIN Indonesia pasti kami perhatikan.

Salah satu opsi yang akan ditempuh Kemendag adalah pemberlakuan safeguard, dengan menaikkan bea masuk impor terhadap komoditas tersebut. Sehingga produk dalam negeri terlindungi.

“Sedangkan terkait impor alat kesehatan terkait Covid-19, yang memang diberi relaksasi pembebasan izin impor, akan dievaluasi per tanggal 30 Juni 2020 mendatang,” ujar Agus.

Perlu diketahui, terhitung sejak Januari hingga April 2020, nilai impor alat kesehatan mencapai 1,1 miliar USD, naik 11,6% YoY. Kenaikan ini didominasi empat produk, yakni Masker, Hand Sanitizer, PCR Test dan Ventilator.

Sementara terkait peningkatan impor sayur dan buah-buahan, dikatakan Mendag, dikarenakan adanya permintaan dari kelas konsumen premium. Terutama dari kalangan ekspatriat yang belanja di super market kelas atas.

“Kami minta kepada Pak Menteri untuk segera melakukan evaluasi dan koordinasi dengan kementerian terkait, terutama Kemenkes, karena sebagian komoditas alat kesehatan sekarang sudah diproduksi di dalam negeri,” pinta La Nyalla.

Bahkan, La Nyalla menyebut kampus UGM sudah bisa memproduksi Ventilator standar ICU yang sama dengan produk impor. Hanya saja masih menunggu izin edar dari Kemenkes.

“Termasuk sejumlah pabrik tekstil yang sekarang memproduksi baju APD dan masker. Ini harus mendapat prioritas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu,” ungkapnya.

La Nyalla juga mengingatkan Mendag terkait keputusan Vietnam dan India yang menghentikan ekspor produk pangan utama mereka. Hal ini harus dimaknai bahwa potensi krisis pangan dunia sudah ada di depan mata menyusul pandemi Covid-19.

“Sebaiknya Kemendag segera koordinasi dengan Bulog dan Kementan untuk melakukan antisipasi fenomena ini. Karena saya secara pribadi sudah menyampaikan kepada Presiden tentang perlunya membangun ketahanan di sektor pangan,” ujar mantan Ketua KADIN Jatim itu. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.