Pemkab Bondowoso Gandeng Ulama Perangi dan Mencegah Masuknya Paham Radikalisme

oleh -161 Dilihat
oleh
Bupati Bondowoso, Salwa Arifin saat menghadiri acara Forum Silaturahmi Tokoh Agama, Masyarakat dan Forpimda di Pondok Pesantren Al Falah, Desa Kajar, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso.

BONDOWOSO, PETISI.CO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso, menggandeng para ulama untuk memerangi dan mencegah masuknya paham radikalisme yang selalu meresahkan masyarakat atau memecah belah kehidupan bangsa.

Komitmen ini disampaikan di Pondok Pesantren Al Falah, Desa Kajar, Kecamatan Tenggarang, dalam acara Forum Silaturahmi Tokoh Masyarakat, Agama dan Forpimda, Rabu (4/12/2019).

Hadir dalam acara tersebut, Bupati Bondowoso, Sekda Dandim 0822, perwakilan dari Polres Bondowoso, Ketua MUI Bondowoso, KH. Asy’ari Pasha dan seluruh pengasuh Ponpes di Kabupaten Bondowoso.

Dalam sambutannya Bupati Bondowoso, Salwa Arifin memaparkan bahwa, sangat mengapresiasi atas peran ulama Bondowoso dalam kondusifitas di bumi Ki Ronggo ini, khususnya dalam mencegah masuknya aliran radikalisme.

“Dalam menjaga kondusifitas tak kalah penting adalah bersama-sama, baik pemerintah, ulama maupun masyarakat untuk mencegah paham radikalisme agar tidak masuk ke Bondowoso,” paparnya.

Bupati berkomitmen bersama aparat keamanan dalam hal ini Polri, TNI untuk terus menjaga dari aliran yang dapat memecah belah bangsa.

“Tentu kami sebagai pemerintah ada kekuatan Peraturan Daerah yang akan melarang radikalisme,” katanya.

Salah seorang ulama sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al Maliki, Desa Koncer Darul Aman, Tenggarang, Bondowoso, KH. Moh Hasan Abdul Mu’iz, mengungkapkan, dirinya dan para ulama yang lain sepakat bahwa radikalisme itu tidak boleh.

Menurutnya, radikalisme itu tidak punya agama. Kalau kemudian ada legalisasi untuk radikalisme, berarti yang memberikan legalitas tidak punya agama.

“Termasuk terorisme, juga tidak punya agama, karena agama manapun tidak setuju terhadap kekerasan,” ungkapnya.

Dia juga menyarankan, jika memang radikalisme itu bahaya, maka yang harus dipotong adalah penyebabnya atau di hulunya.

“Misalnya, kenapa orang bisa jadi radikal? Mencari penyebabnya itu jauh lebih penting ditelusuri dan diselesaikan. Sebelum kita menyelesaikan radikalisme sendiri. Kalau hanya dihilangkan penyakitnya, tanpa dicari penyebabnya maka akan kambuh lagi,” jelasnya.

Persentase radikalisme, lanjut dia, di Bondowoso memang ada, tapi sangat kecil. Mengingat Kabupaten Bondowoso masuk wilayah yang aman dan kondusif.

“Memang perlu diantisipasi, tetapi tidak harus diblow up sedemikian rupa. Karena membesarkan-besarkan yang kecil itu tidak bijaksana,” lanjutnya.

Untuk itu dia mengimbau kepada masyarakat bahwa Islam dan agama yang lain tak membenarkan radikalisme.

“Itu bukan ajaran Agama Islam dan bukan pula ajaran agama yang lain,” pungkasnya. (tif)

No More Posts Available.

No more pages to load.