Pengerjaan Seragam, Sepatu dan Tas Harus Dikebut, Ketua Komisi D DPRD Surabaya: Jangan Kurangi Kualitas

oleh -326 Dilihat
oleh
Rapat koordinasi Dinas Pendidikan dan Dinas Koperasi bersama Komisi D DPRD Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO – Dikatakan oleh Hj. Khusnul Khotimah, S,Pdi., M.Pdi., selaku Ketua Komisi D DPRD Surabaya, bahwa seragam kelas 1 SD dan kelas 7 SMP sudah selesai dikerjakan oleh para penyedia yang berada dibawah naungan Dinas Koperasi Pemkot Surabaya.

Hal itu dikatakannya ketika usai rapat koordinasi terkait Seragam Sekolah bersama Dinas Pendidikan dan Dinas Koperasi Surabaya. Namun sangat disayangkan, bahwa pada rapat kali ini tidak dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Dinas Koperasi Pemkot Surabaya.

“Kalau melihat data untuk seragam kelas 1 SD dan kelas 7 SMP itu sudah selesai. Lalu kelas 2 hingga kelas 5 SD dan kelas 8 hingga kelas 9 SMP masih itu dalam tahap pengerjaan,” katanya, Kamis (31/08/2023).

Khusnul mengatakan bahwa para penyedia ini memang mendahulukan pengerjaan seragam untuk kelas 1 dan kelas 7. Sedangkan menurut Khusnul, persoalan seragam tak lagi menjadi masalah. Namun yang menjadi masalah saat ini adalah sepatu.

“Yang menjadi masalah itu, seperti tadi yang saya sampaikan terkait sepatu. Kemudian tas,” ucapnya.

Khusnul mengungkapkan, progres penyelesaiannya sepatu untuk SD dan SMP masih ada prosentasenya yang 11%, 14% dan bahkan 16%. Hal itu dikarenakan, berdasarkan laporan yang diterima Khusnul karena bermacam model sesuai permintaan yang dibutuhkan oleh para pihak sekolah. Selain model sepatu juga dikarenakan kendala ukuran, sehingga progres penyelesaiannya masih terkendala.

“Semisal dari kelas 1 ke kelas 2 jelas ukurannya berbeda. Contohnya juga sebelumnya ukurannya 35, maka bisa jadi yang dibutuhkan sekarang itu 37. Sehingga banyak yang harus disesuaikan lagi,” ujar Khusnul.

“Tetapi mereka meyakini dan memastikan, bahwa insya Allah nanti pertengahan bulan September mereka harus selesai,” imbuh Khusnul.

Legislator fraksi PDI Perjuangan ini menekankan dan menyoroti terkait kualitas, karena menurutnya jangan sampai kualitas sepatu tidak sesuai dengan ekspektasi kondisi saat ini.

“Sepatu itu kan tidak hanya digunakan anak-anak untuk berjalan bersekolah, tetapi melainkan juga untuk berolah raga dan sebagainya,” tutur Khusnul.

Menurut Khusnul, sekalipun harganya lebih murah dibandingkan secara umum yang dijual di Market Place, Mall atau di toko-toko lainnya, tetapi harga yang telah berstandar SSH jangan sampai mengurangi kualitas.

“Tadi saya juga menyampaikan ke Pak Reza (Kabid Koperasi) ada banyak kritikan terkait sepatu yang dipakai oleh para kader KSH, karena kualitasnya jauh dan ukurannya banyak yang tidak sesuai,” ungkap Khusnul.

Di samping itu, Khusnul juga menekankan dan menyoroti terkait kualitas tas. Menurutnya, meskipun ongkos jahitnya terlalu mepet dan murah, tapi jangan sampai menurunkan atau mengurangi kualitas tas sekolah.

“Buku-buku anak-anak sekarang itu kan tebal dan berat, sehingga diharapkan bisa menampung sesuai kebutuhannya,” harap Khusnul.

Khusnul membeberkan, bahwa pihak Dinas Koperasi menjanjikan akan mengirimkan contoh sepatu dan tas. Sedangkan dirinya bersama para anggota Komisi D lainnya akan melakukan kunjungan lapangan untuk melihat dan memastikan bahwa contoh yang dikirimkan sesuai dengan yang dibutuhkan untuk anak-anak sekolah.

“Anggaran itu memang di Dinas Pendidikan dan itu tidak kecil. Untuk satu anak itu kalau lengkap nilai seragamnya itu sekitar Rp1.167 ribu. Artinya ada kenaikan dari tahun anggaran sebelumnya dan ini cukup besar sekitar 64M,” beber Khusnul.

Khusnul bersama para anggota Komisi D lainnya bersyukur dan berterimakasih kepada berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Koperasi karena bisa memberdayakan para UMKM-UMKM yang ada.

“Bahkan kami juga memberikan masukan, kalau bisa para UMKM yang di sekitar sekolahan itu. Sehingga kalau ada komplain terkait hasil pengerjaan yang sudah dikerjakan maka ada solusi dengan segera,” papar Khusnul.

Kendati Khusnul pun meminta para UMKM lain ikut bergerak. Agar sebagai bukti bahwa program pemberdayaan padat karya itu berjalan. Namun terkait hal ini, Khusnul juga mempertanyakan data akhir secara keseluruhan gamis yang masuk padat karya ini hanya sekitar 900.

“Harusnya kan sudah lebih banyak. Apalagi mereka ini telah mampu menyelesaikan sebanyak 98 ribu seragam dan belum lagi lainnya. Artinya harus semakin banyak, karena memang kebutuhan ini akan terus setiap tahun dan selalu ada,” pungkas Hj. Khusnul Khotimah, S,Pdi., M.Pdi., selaku Ketua Komisi D DPRD Surabaya. (riz)

No More Posts Available.

No more pages to load.