Peran Penting Ulama Besar Indonesia asal Tidore dalam Penyebaran Islam di Cape Town

oleh -956 Dilihat
oleh
Konsul Jenderal RI Cape Town, Tudiono berkesempatan menemui Syeikh Muttaqin Rakieb (Syeikh Muttaqin), warga negara Afrika Selatan keturunan Indonesia

CAPE TOWN, PETISI.CODi paruh bulan pertama penugasannya di Cape Town, Konsul Jenderal RI Cape Town, Tudiono berkesempatan menemui Syeikh Muttaqin Rakieb (Syeikh Muttaqin), warga negara (WN) Afrika Selatan keturunan Indonesia.

Syeikh Muttaqin adalah generasi ke-5 keturunan langsung dari Abdullah bin Qadhi Abdussalam yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru, Ulama Besar Indonesia asal Tidore yang diasingkan di Cape Town semasa kolonial VoC.

Tuan Guru kembali dan menetap ke Cape Town dan melanjutkan dakwah dan perannya dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan, membangun Masjid Auwal

Tuan Guru adalah satu dari sejumlah Ulama Besar Indonesia yang berperan penting dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan. Ia membangun masjid pertama di Afrika Selatan pada tahun 1794. Masjid yang diberi nama Masjid Auwal tersebut hingga kini masih berdiri kokoh di Dorp Street di area Bo-Kaap, salah satu konsentrasi komunitas Cape Malay di Cape Town.

Dalam perbincangan santai sore hari di kedai kopi Foresters Arms, Konjen RI didampingi Konsul Pensosbud dan Konsul Protkons KJRI Cape Town. Di sana Syeikh Muttaqin dengan semangat menuturkan banyak hal penting dan menarik untuk disimak, mungkin juga belum diketahui orang banyak.

Tulisan tangan mushaf Al-qur’an

Syeikh Muttaqin menceritakan penelusuran jejak nassab keluarga ke Indonesia yang dimulai ayahnya, Al Haj Nurel Erefaan Rakiep. Ayahnya berupaya mengunjungi Tidore di tahun 1980an namun baru terlaksana pada 1992. Setahun kemudian Syeikh Mutaqqin sendiri berkesempatan pergi ke Tidore dan mendapat perlakuan yang hangat dari pejabat serta tokoh masyarakat Tidore.

Diceritakan hasil penelusurannya yang menunjukkan bahwa Tuan Guru adalah keturunan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Ditambahkan juga hubungan kekerabatan dengan Menteri Pemuda dan Olah Raga semasa orde baru, Abdul Ghafur.

Syeikh Muttaqin sangat mensyukuri kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini yang memudahkannya menjalin silaturahim dengan sanak keluarga di Indonesia, tidak seperti dulu melalui surat dan membutuhkan waktu berminggu-minggu.

Anak perempuannya bernama Wafeeqah, saat ini tengah menjalani tahun terakhir di Jurusan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini menjadi fenomena yang sangat menarik, karena setelah lebih dari 200 tahun yang lalu Tuan Guru (keturunan Syarif Hidaytullah) diasingkan ribuan kilometer ke Cape Town, kini generasi ke-6 keturunannya kembali ke Indonesia menuntut ilmu di perguruan tinggi bernama Syarif Hidayatullah.

Tuan Guru tiba di Cape Town pada 1780, dan menjalani masa pengasingan di dalam penjara di Robben Island yang dapat ditempuh 30 menit dari Cape Town menggunakan ferry. Pulau tersebut juga menjadi tempat dimana Nelson Mandela dipenjara semasa apartheid.

Di Robben Island Tuan Guru tidak memperoleh “luxury” untuk membawa Al Quran sehingga beliau yang penghafal Al-qur’an mengisi waktunya antara lain dengan menulis tangan mushaf Al-qur’an berdasarkan ingatannya.

Mushaf tersebut hingga kini masih terawat di Masjid Auwal, sementara salinannya disimpan di Masjidil Aqsa. Setelah diteliti, para ahli mengatakan bahwa hanya terdapat kesalahan yang sangat sedikit dalam mushaf yang ditulis Tuan Guru tersebut.

Saat Inggris melakukan invasi di tahun 1781, Tuan Guru direlokasi ke Saldanha Bay sampai akhirnya Belanda terpaksa meninggalkan wilayah tersebut. Setelah itu Tuan Guru menempuh perjalanan ke Cape Town dengan berjalan kaki selama dua minggu, namun kemudian Beliau kembali ditempatkan ke Robben Island hingga akhirnya dibebaskan tahun 1792.

Setelah itu Tuan Guru kembali dan menetap ke Cape Town dan melanjutkan dakwah dan perannya dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan, termasuk membangun Masjid Auwal. Namun Syeikh Muttaqin tidak mengetahui pasti jumlah komunitas Cape Malay yang merupakan keturunan Tuan Guru, karena jumlahnya sangat banyak dan telah menyebar ke banyak daerah.

Syeikh Muttaqin telah merasa menjadi bagian dari Indonesia dan bertekad turut membantu WNI di Afsel terutama ABK yang mengalami kesulitan dan terus memperkuat tali persaudaraan dengan masyarakat dan diaspora Indonesia.

Konjen RI mengapresiasi apa yang dilakukan Syeikh Rakieb dan karena Pejabat dan Staf KJRI akan terus berganti, diharapkan dukungan Syeikh Muttaqin terhadap misi KJRI Cape Town di berbagai bidang terus berlanjut, khususnya terkait pelindungan WNI di Afrika Selatan dan pembinaan diaspora Indonesia guna memperkuat hubungan kerja sama yang semakin erat antara Indonesia dan Afrika Selatan.

Syeikh Rakieb merupakan salah satu tokoh dari Afsel yang hadir dalam pertemuan diaspora Indonesia pertama pada tahun 2013 yang dihadiri Presiden RI dan mendapat kesempatan menyampaikan “remarks”.

Berkat perjuangan para ulama Indonesia Islam telah berkembang cukup baik di Afsel dan seiring dengan bergulirnya waktu yang berlangsung ratusan tahun masyarakat diaspora Indonesia telah berkembang menjadi lebih dari 330.000 orang. (kip)

No More Posts Available.

No more pages to load.