PKS Jatim Desak Kebijakan Perlindungan dan Penghargaan Nakes Ditingkatkan

oleh -90 Dilihat
oleh
Kang Irwan dialog dengan tenaga medis di salah satu rumah sakit di Surabaya.

SURABAYA, PETISI.CO – Semakin banyaknya Tenaga Kesehatan (Nakes) di Jawa Timur (Jatim) yang gugur akibat terpapar Covid-19, membuat banyak pihak prihatin. Di Jatim, tercatat 176 lebih tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. 111 diantaranya perawat.

Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dan Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim, dari jumlah yang terpapar tersebut, setidaknya 10 dokter dan 8 perawat telah meninggal dunia.

Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jatim meminta Pemerintah agar memberikan perhatian lebih kepada para tenaga kesehatan. Peran para nakes ini dinilai sangat penting dalam penanganan Covid-19.

“Kita semua prihatin atas banyaknya nakes yang terpapar. Ini menandakan perlindungan kita terhadap mereka masih belum optimal. Padahal para nakes inilah yang sangat berperan dalam penanganan wabah Covid-19,” kata Ketua Umum DPW Jatim, Irwan Setiawan, Senin (6/7/2020).

Dijelaskan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah. Pertama, memastikan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap di tiap Rumah Sakit.

“Baju Hazmat, masker N95, dan APD lainnya mesti dalam kondisi tersedia dalam stok yang memadai. Pemerintah harus cek satu demi satu di lapangan,” ujarnya.

Kedua, lanjut Irwan, memastikan bangunan dan manajemen Rumah Sakit telah disesuaikan dengan protokol Covid-19. Misalnya memisahkan koridor pasien Covid-19, ruang ganti nakes yang memadai, ruang istitahat, juga asupan gizi bagi para nakes.

“Ini kalau tidak dicek satu-satu bisa terabaikan,” ucapnya.

Yang ketiga, adalah perlindungan hukum dan keamanan. “Ada nakes yang dituduh tidak memperlakukan pasien dengan baik, padahal sudah sesuai protokol Covid-19. Ada pula yang digerudug keluarga pasien karena ingin mengambil jenazah.

“Ada juga yang memaksa membawa pulang pasien Covid-19. Ini perlu perlindungan dari aparat keamanan agar beban nakes tidak ditambah dengan kekerasan fisik atau pun kriminalisasi,” paparnya.

Sedangkan yang keempat, tambahnya, adalah pencairan insentif bagi tenaga kesehatan sebagaimana yang dijanjikan pemerintah. Pencairan ini katanya terhambat soal verifikasi. Irwan berpikir database tenaga kesehatan pasti lengkap. Karena ada pendidikannya, ada organisasi profesi, ada manajemen rumah sakit, bahkan kepegawaian pemerintah.

“Datanya lengkap. Tidak seperti data penerima Bantuan sosial (bansos) yang mungkin bisa sangat dinamis. Data nakes ini kan rigid. Jadi verifikasinya tidak sulit. Jumlahnya juga tidak sebanyak penerima Bansos,” tuturnya.

Irwan menyampaikan bahwa para tenaga kesehatan juga memiliki keluarga yang harus dihidupi. Dia yakin ketika menangani pasien Covid-19, mereka tidak berpikir soal insentif. Tapi mereka ini punya keluarga yang harus dijaga kesehatannya, karena mereka rentan terpapar.

Bahkan sampai banyak yang tak menemui keluarga mereka hingga berbulan-bulan agar tak menularkan resiko. “Perlambatan ekonomi saat ini kan berdampak bagi semua orang. Termasuk tentu para nakes dan keluarga mereka. Karena itu pemberian insentif adalah bagian dari perlindungan bagi para nakes,” katanya.

Dengan meningkatnya perlindungan bagi para nakes, Irwan berharap tak ada lagi nakes yang terpapar Covid-19 dan gugur. Sehingga sumber daya kita dalam penanganan pandemi tidak berkurang. Sebab satu orang nakes sangatlah berarti dalam menyelamatkan kita semua dari wabah ini.

“Karena itu, PKS Jatim minta agar Pemerintah juga memberikan penghargaan kepada para nakes yang gugur dalam pengabdiannya karena Covid-19,” tegas pria yang akrab dipanggil Kang Irwan ini. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.