Presiden Joko Widodo: “Housing For All: A Better Urban Future” Relevan Bagi Masyarakat

oleh -67 Dilihat
oleh
Pidato sambutan Presiden RI, Joko Widodo dalam agenda World Habitat Day yang diselenggarakan di Kota Surabaya.
Beri Sambutan Di World Habitat Day

SURABAYA, PETISI.CO – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato sambutannya, dalam acara Peringatan World Habitat Day (Hari Habitat Dunia) 2020 secara daring. Agenda internasional itu sendiri mengambil tempat di Halaman Balai Kota Surabaya.

“Kita bertemu di Kota Surabaya ini untuk meyakinkan kepada dunia bahwa Agenda Baru Perkotaan, New Urban Agenda, tahun 2036 tidak bisa ditunda-tunda lagi. Saat ini 55 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Di tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 68 persen. Laju peningkatan tertinggi terjadi di Benua Asia dan Afrika,” kata Jokowi, Senin (5/10/2020).

Lebih lanjut Jokowi menyatakan, penyelenggaraan World Habitat Day ini untuk memacu masyarakat dalam meningkatkan kesadaran dunia internasional tentang tren urbanisasi dan pandangan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

Kemudian mempromosikan kerja sama dengan internasional, mememberikan sumbangsih untuk pembangunan kota yang bersifat adil, dan makmur serta meningkatkan lingkungan dan kualitas hidup masyarakat.

“Housing For All: A Better Urban Future” yang menjadi tema acara kali ini dirasa sangat cocok dan relevan untuk masyarakat. Karena menurut Jokowi, keberadaan tempat tinggal yang layak dan sehat merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi semua orang di dunia. Terlebih dengan munculnya permasalahan global, pandemi Covid-19.

Ia pun mengungkapkan, jika Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya agar masyarakat bisa menempati rumah yang kaya untuk dihuni.

“Sejak tahun 2015 telah dilaksanakan program Satu Juta Rumah. Target pembangunan satu juta unit rumah per tahun sudah berhasil dilampaui pada tahun 2018 dengan fokus pada masyarakat berpenghasilan rendah,” ungkap mantan Gubernur Jakarta itu.

Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres meminta kepada seluruh pemerintah kota segera menyediakan rumah dengan berbagai kelengkapan bagi para keluarga berpenghasilan rendah, seperti jaminan kepemilikan dan akses air, sanitasi, transportasi dan layanan dasar lainnya.

“Akses ke air bersih dan sanitasi, bersama dengan jarak sosial, adalah respons utama terhadap pandemi. Namun di daerah kumuh terbukti sulit untuk menerapkan langkah-langkah ini,” kata Guterres.

Menurutnya, secara global lebih dari satu miliar orang tinggal di pemukiman yang padat dengan perumahan yang tidak memadai, dan jumlahnya diperkirakan akan mencapai 1,6 miliar pada tahun 2030.

Ia menambahkan, lebih dari 96.000 unit rumah harus diselesaikan setiap hari dan mereka harus menjadi bagian dari transisi hijau. Guterres pun mendesak kemitraan yang lebih besar, kebijakan pro-kaum miskin, dan peraturan yang diperlukan untuk meningkatkan perumahan di kota.

“Saat ini kami berupaya untuk mengatasi pandemi, mengatasi kerapuhan dan ketidaksetaraan yang telah diekspos, dan memerangi perubahan iklim, sekaranglah waktunya untuk memanfaatkan potensi transformatif urbanisasi untuk kepentingan manusia dan bumi,” tambahnya.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, sepanjang tahun 2020 dunia sedang diuji oleh kemunculan wabah Covid-19. Hal itu otomatis berdampak kepada daya beli masyarakat untuk memperoleh tempat tinggal yang layak.

Terlebih kata dia, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki tantangan sama dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Khususnya dalam menangani wabah Covid-19.

“Sebelum pandemi, Surabaya menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat di atas angka provinsi dan nasional. Namun, kami juga mengalami penurunan sepanjang tahun ini akibat Covid-19,” terangnya.

Terselenggaranya event ini diharapkan pihaknya mampu mengambil banyak pelajaran dan pengalaman dari kota-kota lain tentang bagaimana upaya pemulihan dan membangun Surabaya kembali dengan lebih baik.

Risma menambahkan, sebenarnya Kota Surabaya memiliki kondisi panas dan kering. Namun pihaknya terus berupaya membuat inovasi mengurangi tingkat suhu tinggi di Kota Pahlawan, yaitu dengan cara penghijauan secara masif hampir di semua wilayah. Alhasil, saat ini suhu di Surabaya turun hingga 2 derajat celcius.

“Pencapaian ini terwujud dengan membangun 575 taman kota, 114 hektar hutan kota, melestarikan 2.871 hektar hutan mangrove, serta menciptakan median hijau seluas 132 hektar,” tutupnya. (nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.