Prihatin Situasi Negara, Tokoh Nasional Urun Rembug di Kediaman Gus Mus

oleh -263 Dilihat
oleh
Goenawan Muhammad (tengah) saat pertemuan dengan Gus Mus

REMBANG, PETISI.CO – Sejumlah tokoh nasional dan lintas agama mengadakan rembuk bersama dan menyatakan sikap terkait dinamika politik dan hukum di Indonesia yang terjadi belakangan ini.

Rembuk tokoh nasional dan lintas agama bertajuk Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR) ini dilaksanakan di kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus di Kelurahan Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023).

Budayawan Goenawan Mohamad (GM) mengatakan, kedatangannya ke kediaman Gus Mus adalah untuk berbagai rasa dan menularkan semangat, agar mengembalikan kepercayaan terhadap sesama. Sebab, kepercayaan terhadap sesama pada zaman sekarang sangatlah tipis.

“Pertama, banyak sekali kebohongan yang diucapkan oleh presiden dan orang-orang lainnya. Kedua, karena semua ini sekarang bisa dibeli, kesetiaan bisa dibeli, suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli. Jadi apa yang ikhlas itu sudah mengalami erosi yang berat. Kalau sebuah masyarakat kehilangan saling percaya, ya selesai,” ujarnya dalam siaran persnya, Minggu.

Oleh sebab itu, dia bersama tokoh nasional lainnya ingin mencegah agar krisis kepercayaan terhadap sesama tidak semakin parah. Sehingga, bangsa ini bisa menempuh perjalanan lebih lama. Terutama menjelang pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres).

“Pemilu dan pilpres menurut saya makin mencemaskan. Aturan bersama mulai dibongkar-bongkar, bahkan dirusak. Terjadinya skandal, skandal saya sebut, di Mahkamah Konstitusi (MK) menunjukkan itu,” ucapnya.

Belum lagi nanti, lanjutny, dia mendengar pemaksaan penutupan saluran suara dan sebagainya. Kalau itu terjadi, pilpres yang akan datang itu bisa tegang. Mestinya ada yang menang, tapi kemenangan itu kemenangan yang kosong.

“Karena yang menang sebenarnya itu kalau ada legitimasi, bukan hanya legalitas. Artinya diterima masuk akal dan masuk sesuai dengan hati nurani. Ini yang mungkin tidak terjadi. Siapapun yang menang akan cacat,” katanya.

Kemenangan uang cacat tersebut, menurut GM, akan terbawa terus sehingga politik di Indonesia tidak akan pernah berlangung dengan sehat. Maka dari itu, ia bersama tokoh nasional lainnya, melakukan pertemuan untuk urun rembug, supaya hal tersebut tidak berlarut-larut.

“Tapi paling tidak seperti kata Gus Mus, mengingatkan, menasihati, ya menasihati kata yang sombong. Untuk mengingatkan, bukan hanya pada yang berkuasa. Sebenarnya saya tidak pernah mengingatkan kepada yang berkuasa, tapi pada sesama kita. Nah ini tujuan kami datang ke Rembang dan khusus tadi menganjurkan lebih diperluas lagi pertemuan begini,” paparnya.

Sementara itu, Koordinator Pertemuan Majelis Permusyawaratan Rembang Alif Iman Nurlambang menyampaikan, mereka sowan ke tempat Gus Mus selain silaturahmi, juga untuk menyampaikan beberapa hal mengenai situasi yang sedang berkembang saat ini.

“Kalau mengutip puisi Gus Mus kan kita tengah menghadapi satu materi dengan rasa yang berbeda. Termasuk materi republik dengan rasa kerajaan, kan kira-kira begitu,” ujarnya.

Ia mengatakan, puisi yang dibawakan oleh Gus Mus beberapa waktu lalu menjadi satu sinyal bagi banyak orang. Gus Mus sebagai budayawan di banyak pertemuan, ceramah dan diskusi, selalu menyebutkan bahwa rasanya sudah waktunya di Indonesia ini kebudayaan yang menjadi panglima.

“Dalam pertemuan bersama dengan Gus Mus pada hari itu, ada dua garis besar yang dibahas. Antara lain, mengenai keprihatinan terhadap situasi nasional saat ini,” tuturnya.

Yang pertama, dia mengutip kalimat Gus Mus, memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elite-elite politik, bahwa apa yang sudah berlangsung itu melukai perasaan kita semua. Walaupun kata-kata melukai belakangan kan sering disebut sebagai sok drama, sok sinetron.

“Kebanyakan drakor, tapi itulah yang perlu dilakukan oleh para budayawan, tokoh-tokoh lintas agama, iman dan keyakinan. Kemudian juga para pembela-pembela demokrasi, pejuang-pejuang hak asasi manusia juga termasuk mereka yang bekerja di ruang-ruang anti korupsi,” katanya.

Yang kedua, lanjut Alif, Gus Mus menganjurkan agar pertemuan-pertemuan semacam ini terus dilakukan untuk menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Masyarakat harus bisa memahami situasi Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

“Kalau kita boleh ngutip istilah Pak Jokowi sendiri adalah Indonesia sedang tidak baik-baik saja, karena itu nasihat-nasihat penting disampaikan juga kepada warga negara agar situasi tetap bisa adem kekecewaan bisa disalurkan melalui saluran-saluran demokratis sehingga sama-sama memperingatkan agar penguasa juga eling,” jelasnya.

Hadir dalam pertemuan di kediaman Ahmad Mustofa Bisri itu antara lain Antonius Benny Susetyo, Erry Riyana Hardjapamekas, Goenawan Mohamad, Lukman Hakim Saifuddin dan Omi Komaria Madjid. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.