BANYUWANGI, PETISI.CO – Pada tahun ini, di Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi ada puluhan rumah warga tidak mampu direhab melalui program bedah rumah dengan anggaran sebesar Rp 17 juta setiap rumahnya.
Dari hasil pantauan dilapangan, rehab bedah rumah tersebut sudah berjalan selama 2 (dua) bulan ini. Seperti halnya di Dusun Bimorejo pesisir saat ini ada 3 buah rumah warga yang masih dalam tahapan pengerjaan belum terpasang daun pintu, cendela dan atapnya.
Sebagaimana diungkapkan Ny. Matrani salahsatu penerima realisasi bedah rumah melalui putranya Eko yang saat itu mengerjakan pembangunan rumahnya sendiri, mengatakan, mulai awal pondasi rehab rumah yang ditempatinya dikerjakan bersama orang tuanya.
Menurutnya, ia hanya mendapatkan bahan matrialnya saja berupa semen sebanyak 50 zak, batako 2600 biji dan pasir yang dihitung dengan harga perkubik.
“Pada tahap pertama kondisi pembangunan sudah 50 persen baru mendapatkan tunai Rp 1,2 juta dan sisanya uang tunai sebesar Rp 1,250 juta menunggu pekerjaan selesai. Yang membuat saya tidak sepakat mengenai harga pasir, karena dihitung perkubik sebesar Rp 150 ribu. Padahal bila kita beli 1 dumptruknya seharga Rp Rp 650 ribu itu pun jika dihitung kubikasi bisa mendapatkan 10 kubik. Hal ini berarti ada selisih harga,” ungkapnya.
Selain itu, harga semen di nota juga ada selisih dan terkesan dinaikkan dari harga semula. Tak hanya itu, warga masyarakat di Desa Bimorejo juga banyak mengeluhkan mengenai adanya praktik jual beli bak sampah seharga Rp 15 ribu persatu bak.
“Untuk pembelian bak sampah keluarga saya tidak membeli, tapi masyarakat Bimorejo banyak yang sudah melakukan pembayaran. Padahal, menurut informasi yang saya terima, bak sampah itu sudah dianggarkan oleh pemerintah desa,” katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Camat Wongsorejo dan Kepala Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa saat dihubungi melalui ponselnya tidak aktif hingga ditelepon beberapa kali tidak diangkat.
Disisi lain, Tim Investigator Somasi, Agus Purwanto mengaku prihatin terkait masih adanya dugaan mark-up harga matrial. Padahal, realisasi pembangunan bedah rumah tersebut diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu.
“Saat ini saya terus melakukan pemantauan realisasi pembangunan bedah rumah dan adanya jual beli bak sampah. Sesuai dengan data bahwa pengadaan bak sampah itu sudah dianggarkan melalui Dana Desa,” jelasnya.
Selain itu, realisasi bedah rumah di desa bedah rumah ada yang tidak tepat sasaran, karena direalisasikan bagi sejumlah warga yang dinilai mampu ternyata mendapatkan program itu.(tyo)