Realisasi Syukur Ba’da Ramadan

oleh -151 Dilihat
oleh

Pertama, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.”

(QS. Al Hujurat : 13)

Imam Ath-Thabari  rahimahullah dalam kitab tafsirnya berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian wahai manusia adalah yang paling tinggi bertakwa kepada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Yang paling mulia bukanlah dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.”

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi mulia, suri tauladan kita, Nabi Muhammad  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Takwa adalah wujud syukur kita kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

(QS. Al-Baqarah: 185)

Ibnu Katsir  rahimahullah berkata, “Jika engkau telah menjalankan perintah dengan melakukan ketaatan, menunaikan yang wajib, meninggalkan yang haram, menjaga batasan Allah, smoga dengan menjalankan seperti itu dapat termasuk orang yang bersyukur.”

(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim :62)

Banyak ayat yang memotivasi kita untuk bersyukur seperti dalam surah Luqman berikut ini “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu : “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

(QS. Luqman : 12)

Dalam Mawsu’ah Nadhrah An-Na’im (6:2393) disebutkan pengertian syukur secara bahasa (lughatan). Syukur itu terdiri dari huruf syin kaaf raa’ yang menunjukkan pujian pada seseorang atas kebaikan yang ia perbuat.

Imam Asy-Syaukani  rahimahullah berkata, “Bersyukur kepada Allah adalah memujiNya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan dengan cara melakukan ketaatan kepadaNya”

(Fath Al-Qadir, 4:312)

Ibnu Taimiyah  rahimahullah menyatakan, “Syukur haruslah dijalani dengan hati, lisan, dan anggota badan. Adapun al-hamdulillah hanyalah di lisan.”

(Majmu’ah Al-Fatawa, 11:135)

Al-Munawi  rahimahullah berkata, “Syukur itu ada dua tahapan. Pertama adalah bersyukur dengan lisan yaitu memuji pada yang memberikan nikmat. Sedangkan terakhir adalah bersyukur dengan semua anggota badan, yaitu membalas nikmat dengan yang pantas. Orang yang banyak bersyukur (asy-syakuur) adalah yang mencurahkan usahanya dalam menunaikan rasa syukur dengan hati, lisan, dan anggota badan dalam bentuk meyakini dan mengakui.”

(Mawsu’ah Nadhrah An-Na’im, 6:2393)

Ibnul Qayyim  rahimahullah berkata, “Seluruh maksiat termasuk dalam kufur ashghar. Maksiat ini bertolak belakang dengan sikap syukur. Karena bentuk syukur adalah dengan beramal ketaatan.”

Ibnul Qayyim dalam ‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin (hlm. 187) berkata bahwa rukun syukur itu ada tiga :

  1. Mengakui nikmat itu berasal dari Allah.
  2. Memuji Allah atas nikmat tersebut.
  3. Meminta tolong untuk menggapai ridha Allah dengan memanfaatkan nikmat dalam ketaatan.

Apa wujud syukur kita pasca Ramadan ?

Terus beramal yang rutin, walau sedikit dan prioritas menjaga yang wajib

Dari ’Aisyah  radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah  Shallallahu ’Alaihi Wasallam  bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.”

(HR. Bukhari, 6465; Muslim 783)

Lanjutkan dengan puasa sunnah, mulai dengan enam hari puasa Syawal.

Dari Abu Ayyub Al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu Nabi  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  bersabda ;

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”

(HR. Muslim, 1164)

Kalau memiliki harta yang tersimpan, jangan lupa bersedekah wajib (berzakat) dan bersedekah sunnah dengan harta sebagai wujud syukur dengan harta.

Allah Ta’ala berfirman, “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(QS. Ali Imran: 180)

Melanjutkan amal saleh bakda Ramadan.

Para ulama berkata, “Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”

(Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 583)

Amalan yang bisa dilanjutkan bakda Ramadhan : Puasa syawal, puasa Senin dan Kamis, puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 Hijriyah). Untuk berpuasa Syawal, diharapkan bayar qadha’ puasa Ramadhan dahulu.

Tahajud menjelang Shubuh dan sahur untuk puasa sunnah

Tilawah Al-Qur’an harian, selalu bawa Al-Qur’an di saku, memanfaatkan setiap jeda dan waktu senggang untuk membaca Al-Qur’an

Zakat fitrah, zakat maal, berbagi buka puasa, dan sedekah

Zakat jika telah mencapai haul, sedekah sunnah, bayar fidyah (bagi yang punya kewajiban), memberi buka puasa sunnah

Disiplin waktu

Jadi tambah taat bakda Ramadan.

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata ; “Hari raya Id tidak diperuntukkan bagi orang yang memakai pakaian baru. Hari raya Id diperuntukkan bagi orang yang semakin bertambah taat. Hari raya Id tidak diperuntukkan bagi orang yang bagus pakaian dan kendaraannya. Hari raya Id diperuntukkan bagi orang yang diampuni dosa- dosanya.”

(Lathaif Al-Ma’arif, hlm 4)

Semua kebaikan tadi bisa terwujud bakda Ramadhan jika kita meminta tolong kepada Allah. Jangan lupa rajin berdoa dengan doa berikut yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada sahabat Mu’adz Radhiyallahu ‘Anhu, dibaca pada akhir shalat

ALLOOHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK (artinya: Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).’”

(HR. Abu Daud,ett 1522; An-Nasa’i, no. 1304. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih)

Taqobbalallahu minna wa minkum, shalihal a’maal, kullu ‘aamin wa antum bi khairin.(fim)

PETISI Shaum ini ditulis dari referensi Al Quran dan Al Hadits

No More Posts Available.

No more pages to load.