Satgas 711/RKS Kedepankan Nilai Keagamaan saat Pamrahwan di Maluku

oleh -78 Dilihat
oleh
Danyon 711/Raksatama Lekkol Inf. Fanny Pantouw.

PALU, PETISI.CO – Satgas personel TNI Batalyon Infanteri 711/Raksatama Palu, Sulawesi Tengah, mengedepankan nilai-nilai keagamaan saat pelaksanaan tugas pengamanan daerah rawan (Pamrahwan) di Provinsi Maluku dan Maluku Utara.

“Kita melaksanakan operasi toritorial dengan mengedepankan kekeluargaan dan keagamaan. Jadi di daerah yang beragama Kristen kita tampilkan vokal grup, kemudian di daerah yang beragama Islam kita tampilkan tim marawis serta kekeluargaan dari hati ke hati,” kata Danyon 711/Raksatama Lekkol Inf. Fanny Pantouw, usai pelaksanaan upacara purna tugas Satgas operasi Pamrahwan Maluku Yonif 711/RKS Brigif 22/Ota Manasa, di Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu, Senin (10/6/2019).

Dengan cara tersebut, kata Fanny Pantouw, berhasil merebut hati dan kepercayaan dari masyarakat yang kemudian masyarakat secara suka rela menyerahkan senjata-senjata sisa saat konflik yang pernah terjadi beberapa waktu lalu di wilayah itu.

“Senjata yang diserahkan oleh masyarakat itu hampir 300 pujuk, ada laras panjang, laras pendek, rakitan dan standar dengan ribuan amunisi dan bahan peledak granat serta bahan peledak lainnya yang sudah non aktif,” jelasnya.

“Di sana masih sering terjadi komplik kecil-kecilan antar kampung dan kita berhasil mendekati masyarakat dan melaksanakan rekonsiliasi konflik sehingga terjadi perdamaian yang tadinya tidak pernah ketemu antar kampung itu bisa bersama-sama melalui pendekatan agama,” sambungnya.

Danyon 711/Raksatama ini katakan, Provinsi Maluku maupun Maluku Utara sudah tidak ada lagi konflik yang berbau agama, namun masih ada konflik yang disebabkan oleh kenakalan remaja yang berakibat terjadinya perkelahian antar kampung.

“Dan sisa-sisa itulah yang sering digunakan, namun secara kesedaran masyarakat menyerahkan pada kita,” ujarnya.

Dia mengatakan, 500 personel TNI 711/Raksatama yang ditugaskan di Maluku dan Maluku Utara, merupakan penugasan dari Mabes TNI yang meminta untuk melakukan pengamanan di wilayah tersebut.

“Kita berangkat bulan Juli, dua bulan sebelum tsunami terjadi. Itu juga menjadi beban dan tantangan kita di sana, karena kita harus melaksanakan tugas sementara keluarga kita harus tinggal di pengungsian. Syukurnya keluarga tidak ada yang jadi korban, makanya kita di sana melakukan bakti sosial sebanyak-banyaknya sebagai ucapan syukur  kita. Kita di sana lengkap, di sini juga lengkap, walaupun beberapa barak roboh,” tandasnya.

Sementara Pangdam XIII/Merdeka Mayor Jenderal TNI Tiopan Aritonang, mengapresiasi para Satgas personel TNI yang telah kembali ke Kota Palu, dari tugas Pamrahwan di Maluku dan Maluku Utara selama kurang lebih 11 bulan sejak 22 Juli 2018 sampai dengan 28 Mei 2019.

Pangdam XIII/Merdeka juga berpesan kepada ratusan personel ini selama masa libur maupun pelaksanaan tugas selanjutnya untuk menjaga nama baik TNI dengan tidak melakukan perbuatan yang diluar kewenangannya.(slo)

No More Posts Available.

No more pages to load.