Oleh: Tyara Nethaniela Larissa*
Sleep paralysis adalah kondisi yang menyebabkan individu seakan-akan merasakan kelumpuhan ketika tidur ataupun bangun tidur. Situasi ini seringkali dikenal dengan istilah “ketindihan” kita semua pasti tidak asing dengan fenomena mistis ini, ini sebenarnya cukup umum terjadi.
Tak jarang fenomena sleep paralysis dikaitkan dengan hal mistis. Padahal, ada alasan medis mengapa hal ini bisa terjadi. Mari ketahui lebih lanjut seputar penjelasan sleep paralysis dalam ulasan di bawah ini.
Ternyata “ketindihan” merupakan fenomena menarik yang telah membuat penasaran para ilmuwan dan peneliti selama berabad-abad lamanya. Ternyata, tindihan atau sleep paralysis adalah suatu kondisi di mana seseorang untuk sementara tidak dapat bergerak atau berbicara saat bertransisi antara tidur dan terjaga. Pengalaman menakutkan ini seringkali disertai dengan halusinasi, sehingga semakin membingungkan.
Terdapat dua macam sleep paralysis, di antaranya hypnopompic sleep paralysis dan hypnagogic sleep paralysis. Hypnopompic sleep paralysis terjadi saat seseorang bangun tidur secara tiba-tiba ketika sinyal bangun yang dikirimkan otak belum siap .
Hasilnya tubuh tidak bisa untuk digerakkan sama sekali meskipun dalam kondisi sadar, sedangkan Hypnagogic sleep paralysis terjadi saat seseorang baru tertidur. Di saat inilah, fase NREM (non-rapid eye movement ) dan otot tubuh mengalami relaksasi otot. Ketika tubuh dalam fase ini dan tiba tiba terbangun, akibatnya akan muncul senssai seakan tidak mampu untuk bergerak.
Ketindihan juga dapat disertai dengan persepsi lain. Banyak orang yang mengira bahwa ketika seseorang mengalami sleep paralysis paranormal experience. Namun sebenarnya sleep paralysis adalah suatu kondisi yang timbul karea mekanisme otak dan tubuh tidak berjalan selaras dan sebetulnya tidak ada yang supernatural mengenai fenomena ketindihan ini.
Ilmu saraf telah menjelaskan mekanisme yang mendasari kelumpuhan tidur dan mengungkap sifat misteriusnya. Selama tidur gerakan mata cepat (REM), dimana adanya tumpang tindih antara tidur (REM) dan terjaga. Selama tidur (REM), neuron di pons bertindak menghambat neuron motorik di sumsum tulang belakang, menyebabkan hilangnya sinyal pergerakan otot secara luas.
Kemudian otak mengirimkan sinyal untuk menghambat gerakan otot, mencegah kita mewujudkan mimpi kita. Namun, dalam beberapa kasus, hambatan ini tetap ada bahkan ketika kita sudah sadar kembali, sehingga mengakibatkan kelumpuhan sementara.
Kelumpuhan tidur ini adalah fenomena yang relatif umum dimana seseorang mengalami keadaan imobilitas sebelum tertidur atau setelah bangun tidur. Singkatnya, kelumpuhan tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya kontrol otot untuk sementara waktu selama transisi tidur, sering kali disertai dengan halusinasi dan sensasi abnormal.
Beberapa orang mungkin juga mengalami halusinasi dan sensasi abnormal. Seperti persepsi adanya orang lain di dalam ruangan, pengalaman keluar tubuh, atau perasaan tercekik. Tetapi, penyebab pasti dari kelumpuhan tidur masih belum jelas. Namun, beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai pemicu potensial.
Contohnya seseorang yang mengalami kelumpuhan tidur mungkin juga menderita narkolepsi yaitu sebuah gangguan tidur yang menjadi sebab para penderitanya tidak mampu terjaga lebih dari 3-4 jam kantuk berlebihan di siang hari, halusinasi hipnagogik, gangguan stres pascatrauma (PTSD). Dan penyalahgunan obat tertentu semuanya dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan mengalami fenomena ini.
Gejala sleep paralysis akan terjadi dalam hitungan detik ataupun menit yang bersamaan dengan halusinasi. Di antaranya intruder hallucination (penyusup, seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam kamar) incubus hallucination (penindih atau pencekik, seperti ada seseorang yang mencekik tubuh) halusinasi vestibular motoric (merasa tubuh seakan melayang).
Sleep paralysis bukanlah hal yang membahayakan. Sehingga kita tidak perlu panik ketika mengalami. Sensasi panik akan membuat seseorang semakin merasa tertekan. Dengan begitu ada cara yang dapat dilakukan untuk menghindari sleep paralysis.
Kondisi ini tidak memerlukan penanganan medis dan mampu membaik seiring berjalanannya waktu.kemudian cara menghindari sleep paralysis dapat dilakukan dengan cara menerapkan kebiasaan tidur yang baik, yaitu dengan cara:
- Tidur dengan waktu yang cukup
Tidak memiliki kualitas waktu tidur yang baik dapat memicu terjadinya tindihan, Oleh sebab itu, selalu usahakan untuk memenuhi waktu tidur selama 7-9 jam per hari. Serta hindari beberapa kegiatan berikut untuk memperoleh kualitas tidur yang baik.
– Meminum kopi menjelang tidur
– Olahraga berat pada malam hari
– Bermain ponsel saat menjelang tidur
– Makan dengan porsi yang sangat banyak sebelum tidur dapat meningkatkan risiko asam lambung
- Membiasakan tidur dan bangun pada jam yang sama
Cara efektifnya adalah dengan membiasakan diri untuk tidur dan bangun pada jam yang sama di setiap harinya. Sekalipun saat libur, Kebiasaan ini akan mendukung jam biologis tubuh secara optimal.
- Melakukan perawatan lanjutan
Meningkatkan kualitas tidur saja seharusnya cukup membantu dalam mengatasi sleep paralysis. Namun tidak jarang para penderitanya membutuhkan perawatan lebih lanjut bersama dokter karena kondisinya yang tidak kunjung membaik.
Meskipun kelumpuhan tidur bisa menjadi pengalaman menakutkan bagi mereka yang mengalaminya, memahami dasar neurologisnya dapat membantu meringankan ketakutan yang terkait dengannya.
Dengan menyadari bahwa ini hanyalah sebuah kesalahan dalam transisi antara tahapan tidur dan terjaga yang berbeda. Para peneliti telah memberikan wawasan berharga mengenai fenomena menarik ini.
Meskipun masih banyak yang harus dipelajari tentang penyebab dan pengobatan potensial, memahami dasar neurologisnya membawa kita selangkah lebih dekat untuk mengungkap aspek kesadaran manusia yang menawan ini.
*penulis adalah mahasiswi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik jurusan psikologi universitas brawijaya