Tekan Angka Kenakalan Remaja, Komisi E DPRD Jatim: Libatkan Semua Pihak

oleh -178 Dilihat
oleh
Hj Agustin Poliana SH. M.Si, anggota DPRD Jatim komisi E

SURABAYA, PETISI.COMasa liburan sekolah beberapa waktu yang lalu menjadi moment dimana anak-anak lepas dari kontrol pengawasan sekolah, yang seharusnya melibatkan semua pihak.

Di masyarakat pencegahan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan melaporkan kepada linmas ataupun aparat berenang untuk mengawasi kegiatan anak anak tersebut.

Hj Agustin Poliana, anggota DPRD Jatim Komisi E sebagai pemerhati remaja mengatakan bahwa, sering mendapati anak-anak yang lepas dari pengawasan. Bahkan anak-anak yang baru lulus sekolah dan masih nganggur.

“Terlihat anak-anak ini suka nongkrong nongkrong di tempat sepi dan ini akan berpengaruh pada lingkungan sekitarnya,” jelasnya, Senin (8/1/2024).

Peran serta orang tua harus turut andil dalam memperhatikan dan mengawasi, apa yang dilakukan anak-anak di luar jam yang seharusnya mereka istirahat tetapi masih kelayapan sehingga menjerumuskan ke kegiatan negatif.

Kasus-kasus kenakalan remaja yang marak terjadi antara lain tawuran, membolos sekolah, pencurian, pergaulan bebas, minuman keras dan narkoba berawal dari persamaan keadaan dan lingkungan yang tidak baik.

“Remaja yang tidak terarahkan kegiatannya secara positif itu perlu pembinaan baik dari pemerintah kota, ataupun pemerintah provinsi, karena jika hanya dibubarkan saja kelompok remaja tersebut, tidak menyelesaikan masalah, tetapi yang diharapkan mereka dibina dan diarahkan, mau dibawa kemana masa depan mereka,” kata legislator PDI Perjuangan ini.

Salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah organisasi kepemudaan atau karang taruna, dimana organisasi ini menjadi wadah pembinaan, pelatihan dan pengembangan kreativitas generasi muda yang berkelanjutan.

Hj Agustin Poliana menambahkan, beberapa bulan yang lalu kami juga memberikan pelatihan kepada anak-anak muda dan mereka menyambut dengan respon positif, berupa pelatihan service HP, digital marketing, produksi kue, bahkan hingga rias pengantin.

“Dengan hasil pelatihan tersebut, mereka mulai berpandangan, jika tidak bisa bekerja pada orang lain maka mereka bisa berusaha untuk diri sendiri,” imbuhnya.

Harapan ke depan anak-anak muda ini tidak hanya nongkrong ke sana ke sini tanpa arah pasti. Dengan hanya main gadget mengganggap dirinya sebagai generasi millenial, tetapi menjadi generasi beraktivitas positif yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan lingkungan. (joe)

No More Posts Available.

No more pages to load.