Walhi Dukung Ganjar Review Pertambangan dan Perkebunan

oleh -250 Dilihat
oleh
Ganjar dan Zenzi Suhadi saat diwawancarai wartawan usai pertemuan

JAKARTA, PETISI.CO – Capres 2024 nomor urut 3, Ganjar Pranowo berkunjung ke kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) di Jakarta Selatan, Kamis (8/2/2024) malam. Kedatangan Ganjar memenuhi undangan Walhi untuk berdiskusi terkait isu lingkungan hidup.

Ganjar yang tiba di kantor Walhi sekitar pukul 20.00 WIB langsung disambut oleh Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Zenzi Suhadi dan para pengurus Walhi lainnya. Ganjar kemudian masuk ke ruangan dan melaksanakan diskusi secara tertutup dengan para anggota Walhi.

“Hari ini kami berdiskusi dengan pak Ganjar tentang banyak hal terkait lingkungan. Tidak susah bagi kami untuk dialog soal lingkungan dan alam dengan pak Ganjar karena beliau berlatarbelakang Mapala saat mahasiswa,” ucap Zenzi.

Ada sejumlah persoalan yang menjadi rekomendasi Walhi untuk Ganjar dalam diskusi itu. Pertama soal pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Walhi menilai, dengan kekayaan alam yang melimpah di Indonesia namun rakyat masih menderita, maka ada yang salah dalam tata kelolanya.

“Kami juga sudah sering mengingatkan terkait kerusakan lingkungan dan bencana ke pemerintah. Namun karena tidak dilakukan, maka bencana itu terjadi,” jelasnya.

Kepada Ganjar, Zenzi meminta agar ketika terpilih jadi presiden untuk melakukan review dan moratorium izin tambang dan perkebunan khususnya perkebunan sawit. Sebab Walhi menilai, dua sektor itu yang banyak menjadi penyebab bencana dan kerusakan lingkungan di Indonesia.

“Kami meminta pak Ganjar mereview dua sektor itu. Kami juga mengusulkan agar pak Ganjar mengoptimalkan ekonomi nusantara, tentang optimalisasi 33 jenis rempah, kopi dan kelapa yang selama lima dekade ini tidak diurus sehingga ekonomi dikuasai tetangga. Padahal kita negara kaya dan potensi itu sangat besar,” pungkasnya.

Beberapa isu dibahas dalam pertemuan itu. Mulai tata kelola sumber daya alam yang baik, melakukan review terhadap pertambangan dan perkebunan untuk mencegah kerusakan lingkungan, hingga isu peningkatan ekonomi berbasis pada ekonomi berkelanjutan.

Dalam pertemuan itu, Ganjar dan Walhi sepakat untuk mengembangkan ekonomi Nusantara. Ekonomi Nusantara merupakan program hilirisasi sektor ekonomi dari potensi sumber daya alam yang melimpah di Indonesia.

“Kita bicara soal Ekonomi Nusantara tentang 33 jenis rempah, kopi, dan kelapa di Indonesia. Potensinya sangat besar, namun sayang dalam lima dekade ini tidak diurus sehingga dikuasai negara tetangga,” ucapnya.

Zenzi menambahkan, negara harus membangun pasar terhadap potensi sumber daya alam di Indonesia itu. Hilirisasi penting dilakukan agar rakyat bisa menikmati hasil dari melimpahnya sumber daya Indonesia.

“Kalau ekonomi rakyat ini kita urus, maka hasilnya akan sangat besar. Untuk mengolah lahan petanilah ahlinya, untuk hasil laut nelayan ahlinya. Maka serahkan pada mereka, negara bertugas membangun pasar dan melakukan hilirisasi,” tandasnya.

Sementara itu, Ganjar sepakat dengan Walhi bahwa kerusakan lingkungan di Indonesia memang perlu segera ditangani. Review terkait banyak hal memang mesti dilakukan.

“Soal pertambangan dan perkebunan seperti yang disampaikan teman-teman Walhi memang perlu adanya review. Saya sampaikan perlu adanya regulatory sandbox dengan menyesuaikan keanekaragaman daerah masing-masing,” jelasnya.

Ganjar siap melibatkan Walhi untuk melakukan perbaikan pada tata kelola lingkungan termasuk review tambang dan perkebunan di Indonesia. Dengan pengalaman lama, Walhi sudah memiliki data terkait itu.

“Saya akan undang Walhi, pasti mereka punya data, Kementerian punya data. Lalu kira-kira designnya seperti apa, maka cerita regulatory sandbox itu adalah mendesign, memitigasi dan mencoba sampai berhasil lalu bisa diterapkan. Walhi pasti jago soal itu,” pungkasnya.

Ganjar juga sepakat dengan hal itu. Menurutnya, potensi sumber daya alam, khususnya rempah memang sangat besar. Bahkan dulu, penjajah datang karena ingin menguasai rempah-rempah.

“Tadi disampaikan potensi alam yang mesti dihilirasi sangat besar. Yang rempah-rempah ini, potensinya Rp 600 triliun pertahun. Itu baru 10 persennya,” ucap Ganjar.

Ganjar membayangkan jika semua potensi sumber daya alam termasuk rempah-rempah dihilirisasi, maka ekonomi Indonesia akan tumbuh sangat besar.

“Bayangkan kalau SDM kita siapkan dengan baik, potensi SDA kita kelola dengan baik, rasanya alamnya akan terjaga dan masyarakat mendapatkan nilai tambah,” tandasnya. (bm)