Camat Tandes Apresiasi RW 01 Manukan Wetan Lestarikan Ludruk

oleh -153 Dilihat
oleh
Crew Ludruk Baru Jadi berfoto bersama seusai acara

SURABAYA, PETISI.CO – Dalam rangka Memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke 77, Warga RW 01, Kelurahan Manukan Wetan, Kecamatan Tandes, Surabaya, menggelar serangkaian acara dan berpuncak pada peggelaran Ludruk, Sabtu (27/8/2022).

Dalam pagelaran, salah satu kesenian yang diakui nusantara ini ada yang menarik, pasalnya para personil yang memperagakan kesenian budaya Jawa Timuran ini, diambil dari kolaborasi beberapa warga yang melingkupi RW 01.

Camat Tandes saat menerima simbolis belangkon dari Tokoh seniman Manukan Wetan

Tak hanya itu, Ludruk yang bernama “Ludruk Baru Jadi” ini telah mengantongi Nomer Induk Kesenian dan telah disahkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Berlakon atau berjudul “Joko Galing Pendekar Gunung Pegat” semakin menarik karena mendatangkan bintang tamu lawak senior yakni cak Kotrek dan cak Cemet dari Mojokerto.

Acara dibuka dengan tari remo dengan mendatangkan seniman bagian seniwati prawesti, yakni Nanik, Suci, Icha, dan Neni.  Tak hanya itu Kur paduan suara khas Ludruk Baru Jadi, Gending Campursari, Peragaan busana, dan dunia lawak gembira juga turut ditampilkan.

Tampak hadir dalam acara tersebut Camat Tandes, Ahmad Yardo Wifaqo, S.AP, M.A.P, Ketua RW 01, Dwi Hendra Setiawan S.E, Ketua RT 01 sampai dengan 07, Ketua pengurus pasar Sikatan, Tokoh Masyarakat, serta para undangan.

Yardo selaku Camat Tandes mengatakan, pihaknya sangat mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh RW 01 Manukan Tandes yang mana masih melestarikan salah satu budaya Jawa Timur itu.

“Sangat kita apresiasi setinggi tingginya karena kampung Sikatan Manukan Wetan ini masih melestarikan budaya Jawa Timuran, yaitu Seni Ludruk,” ujarnya sembari betepuk tangan.

Pihaknya juga berpesan untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya ini, dan berharap nantinya akan mewariskan kepada generasi generasi berikutnya.

Di kesempatan yang sama, Camat pun mengukuhkan kampung Manukan Wetan sebagai Kampung Budaya Ludruk, dengan simbolis dikenakan topi belangkon khas Jawa Timur.

Ketua RW 01 Manukan Wetan, Dwi Hendra Setiawan S.E, mengatakan, pagelaran seni budaya seperti ludruk bukan hanya sekadar memberikan hiburan, namun sebagai upaya untuk melestarikan agar budaya yang dimiliki Indonesia tetap bertahan dan berkembang.

“Ludruk Baru Jadi ini tidak hanya hiburan semata bagi warga, namun harapannya terus bisa melestarikan tradisi dan budaya kita. Selain bersilaturahim, kita semua kumpul di sini untuk nguri uri budaya dan tradisi. Tentu, kita semua sudah rindu panggung hiburan karena dua tahun dilanda pandemi,” tutur Iwan sapaan akrabnya, yang juga selaku ketua  Ludruk Baru Jadi itu.

Sementara, ditempat yang sama Agus Purwanto (54) selaku penyeket atau sutradara dalam ludruk tersebut mengatakan pihaknya kali ini melakonkan cerita sang legenda sosok pendekar pribumi bernama Legiman sang pemberontak Belanda.

“Jadi cerita singkatnya, melihat kekejaman kolonial Belanda terhadap warga yang mempaksa kerja rodi untuk membangun Jalan penghubung Babat-Jombang. Muncul lha pendekar yang bernama Legiman. Untuk legiman di perankan Sandi warga RT3/RW1,” jelasnya mengawali cerita saat akan pementasan.

Lanjut kata Agus, Legiman akhirnya Pandegani (perintah) untuk berhenti ikut kerja rodi, bahkan ia menitip pesan apabila belanda tanya, bilang atas perintah Legiman anak pribumi Kedungpring.

Melihat pekerja berhenti, dan menentang Belanda, antek anteknya pun naik pitam sehingga para pekerja disiksa tanpa ada rasa prikemanusiaan. Lalu saat disiksa datang lha Legiman dan terjadi pertengkaran, akhirnya antek anteknya kalah.

“Lha dari sini lha, Belanda memutus Lurah Barjo untuk membunuh Legiman karena pemberontakannya, meskipun istri lurah sempat melarang, dengan alasan Lurah harusnya membantu pribumi, bukan ikut Belanda,” sambung Agus yang juga menjabat Wakil RW ini.

Lanjut kata Agus, Lurah pun temui Legiman dan terjadilah pertengkaran, adu kekuatan dan saling aduh pusaka. Legiman yang saat itu kalah namun belum mati berhasil meloloskan diri.

“Lurah dan Belanda pun mencari keberadaan Legiman, hingga mendatangi rumahnya dan ditemui ibu dari legiman. Merasa tidak puas karena tidak bertemu, ibu tersebut disiksa. Untuk peran ibu Legiman diperankan oleh Seniah warga RT 3 juga, ” lanjut ceritanya.

Tak hanya disiksa, ibunya pun dijadikan tawanan, dengan harap Legiman datang menolong ibunya di Markas Belanda. Melihat itu Bayan yang diperankan Fauzan menghubungi Legiman menceritakan hal yang dialami ibunya.

“Mendengar cerita itu Legiman langsung naik pitam dan mendatangi Markas Belanda. Namun Dari pihak Belanda bersediah membebaskan ibunya, dengan syarat Legiman menyerah,” katanya.

Legiman pun menyerah dan ditahan, saat ibunya perjalanan pulang sembari nangis, bertemu lha Sulastri calon istri Legiman yang diperankan Darwati, setelah diceritakan, calon istrinya pun  berniat membantu membebaskannya.

“Demi nyawa Legiman, calon istrinya pun memutuskan meminta bantuan ke daerah Gunung Pegat, dengan mendatangi guru disana. Guru ini sebagai Bopo yang diperankan Sadi,” jelasnya

Sambung kata Agus, Bopo pun akhirnya memberikan ilmu kekuatan, namun dengan syarat akan merubah wujudnya menjadi laki laki. Dengan diganti nama dan memiliki kekuatan yang sakti dengan pusaka sapu jagat, nama semula Sulastri pun diganti menjadi nama Joko Galing oleh sang guru.

“Akhir cerita Sulastri yang kini menjadi laki laki bernama Joko Galing pun segera mendatangi Markas Belanda dan bertarung, akhirnya menang dan berhasil menyelamatkan Legiman hidup hidup. Demi cintanya ia rela berubah jadi laki laki, hingga Legiman tidak mengenali lagi sosok Sulastri sang calon istrinya tersebut,” pungkasnya. (nul)

No More Posts Available.

No more pages to load.