Dilaporkan Member ke Polisi, Admin Arisan Online di Semarang Buka Suara 

oleh -94 Dilihat
oleh
Mediasi antara member dan admin arisan online di Pengadilan Negeri Semarang. (ist) 

SEMARANG, PETISI.CO – Mediasi terkait permasalahan arisan Jatuh Tempo (Japo) yang melibatkan puluhan emak-emak di Semarang belum menemukan titik temu. Admin arisan online yang dilaporkan polisi oleh membernya karena disebut merugikan miliaran rupiah di Semarang pun akhirnya buka suara. Menurut admin tersebut, arisan terkendala karena ada member yang tidak setor setelah dapat arisan, oleh sebab itu dia juga mengajukan gugatan.

Ahmad Ws Dilapanga selaku kuasa hukum YPM alias YK yang merupakan admin arisan mengungkapkan, arisan itu dimulai Oktober 2021 atas kesepakatan bersama dan kliennya disepakati menjadi admin.

“Arisan Japo (Jatuh Tempo) dilaksanakan berdasarkan kesepakatan seluruh member Japo,” kata Ahmad di kawasan Krapyak Semarang, Kamis (1/12/2022) kemarin.

Arisan itu bergulir sesuai kesepakatan dan komunikasi dilakukan via WhatsApp. Kemudian menurutnya ada member yang setelah menang arisan tidak lagi membayar arisan atau macet.

“Sejak 21 Maret 2022 arisan Japo berhenti dikarenakan member tersebut tidak lagi membayar kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati bersama sehingga menyebabkan arisan Japo berhenti total. Dan ada beberapa member lain berhenti untuk memenuhi kewajibannya membayar angsuran setelah mengetahui bahwa Arisan Japo berhenti total,” tegasnya.

YPM ternyata sudah melaporkan dan mengadukan dua member itu pada 30 Maret 2022 ke Polda Jateng dengan nomor laporan LP/B/204/III/2022/SPKT/POLDA JAWA TENGAH dan /LI/45/IV/2022/SPKT/POLDA JAWA TENGAH.

“Bahwa itikad baik Pelapor untuk menalangi kerugian dana sebesar Rp. 2.816.290.000,- yang dibawa lari dan atau dibawa kabur oleh member yang tersebut di atas dan angsuran yang harus dibayarkan oleh para member ternyata tidak dibayarkan akibatnya pelapor (YPM) terbebani masalah yang tidak berkesudahan sehingga pelapor mengalami kerugian secara materiil dan imateriil,” jelas Ahmad.

Ia menjelaskan upaya berkomunikasi dengan dua member itu terus dilakukan. Namun ternyata malah YPM dilaporkan member lain di Polda Jateng dan DIY. YPM merasa tindakan-tindakan yang dilakukan member tersebut merugikan baik kehidupan dan bisnisnya bahkan sampai institusi tempat YPM bekerja dan juga suaminya.

Disebutkan ada anggota keluarga yang meninggal karena tertekan dengan ancaman yang muncul dalam penagihan yang dilakukan member tersebut.

“Pihak Pelapor juga menggugat secara Perdata para member Japo di Pengadilan Negeri Semarang  dengan Nomor Perkara 480/Pdt.G/2022/PN Smg, dan saat ini sedang dalam proses persidangan,” jelasnya.

Ada 18 member yang digugat termasuk dua orang yang disebut tidak memenuhi kewajiban sesuai kesepakatan setelah menang arisan. Disebutkan ada total 30 member dalam arisan tersebut, jadi ada 12 member yang tidak digugat karena tetap berpegang pada kesepakatan awal arisan. Mediasi sudah dilakukan dua kali dan pihak penggugat dihadiri oleh kuasa hukum.

“Perbuatan para tergugat yang telah menikmati arisan dan atau telah mendapatkan arisan tidak lagi membayar kewajiban arisan adalah perbuatan Wanprestasi dan atau ingkar janji karena melanggar kesepakatan yang telah dibuat bersama secara lisan dengan asas saling percaya,” kata Ahmad.

“Untuk yang tergugat urutan  3 sampai 18 digugat karena perbuatan melawan hukum,” imbuhnya.

Berbagai bukti juga dia siapkan pihak YPM mulai dari bukti transaksi, hingga perhitungan dari Kantor Jasa Akuntansi (KJA) berupa Laporan praktisi jasa prosedur yang disepakati bernomor : No. 01/KJAESH/AUP/XI/2022 dan No. 02/KJAESH/AUP/XI/2022.

“Kami menggugat dengan bukti kuat. Para Member-member ini juga sudah menerima keuntungan yang lumayan dan nilai Rp 13 M itu dilebih-lebihkan, sebenarnya tidak sampai sefantastis itu nilanya,” tegas Ahmad.

“Dan total perhitungan KJA yang dibawa lari (dua member tergugat) Rp 7,5 M,” imbuhnya.

Terkait disebut mencatut Kapolda, pihak YPM merasa tidak melakukan pencatutan. Kepada member dia hanya mengatakan sudah membuat laporan ke Polda Jateng dan itu otomatis jadi atensi Kapolda.

“Tidak ada beking-bekingan. Kapolda tidak ada hubungannya dengan ini,” kata Ahmad. (lim)