Dinkes Kabupaten Blitar Waspada Siklus Tiga Tahunan Demam Berdarah

oleh -97 Dilihat
oleh
Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti

BLITAR, PETISI.CO – Sebanyakenam anak di Kabupaten Blitar meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka tersebut terhitung sejak Januari hingga Oktober 2018.

Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti mengatakan, rata-rata pasien yang meninggal merupakan balita dan anak-anak berusia di bawah 10 tahun.

“Pasien yang meninggal dunia ini kebanyakan terlambat ditangani. Atau baru mendapatkan penanganan medis setelah masuk masa kritis,” kata Krisna Yekti.

Lebih lanjut Krisna menyampaikan, secara keseluruhan, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mencatat sebanyak 250 orang terjangkit DBD.

“Data Dinkes Kabupaten Blitar data secara keseluruhan ada 250 orang yang terserang DBD selama 2018. Dengan jumlah pasien meninggal dunia mencapai enam orang.  Jumlah ini terbilang tinggi, mengingat seharusnya masing-masing daerah  menekan angka kematian demam berdarah hingga 1 persen. Namun angka kematian di Kabupaten Blitar saat ini, sementara telah mencapai 2,4 persen,” papar Krisna Yekti.

Krisna menambahkan, enam penderita DBD yang meninggal dunia diantaranya warga Kecamatan Selopuro, Kademangan, Kanigoro dan Garum.

“Dinkes Kabupaten Blitar sebelumnya memang memprediksi  kasus demam berdarah tahun 2018  meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya,” tandasnya.

Menurut Krisna, hal itu dipengaruhi siklus endemik demam berdarah tiga tahunan yang terakhir terjadi pada 2015 lalu dengan jumlah 356 penderita. Angka itu menurun di tahun 2016 menjadi 308 kasus. Dan menurun kembali tahun 2017 menjadi 84 kasus.

“Dinkes sudah memprediksi jika di tahun 2018 akan ada lonjakan penderita DBD. Karena adanya siklus tiga tahunan yang terakhir terjadi 2015 lalu,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus demam berdarah, Dinkes Kabupaten Blitar menggalakkan gerakan juru pemantau jentik (Jumantik). Hal ini terbukti efektif menekan angka penyebaran demam berdarah. Selain itu siklus hidup jentik nyamuk lebih panjang daripada nyamuk dewasa.

Sehingga jika yang dibunuh hanya nyamuk dewasanya dengan cara fogging saja, maka jentik nyamuk tetap bisa segera tumbuh dan menjadi nyamuk dewasa yang dapat menyebarkan penyakit DBD tersebut. Oleh karena itulah pencegahan dengan membasmi sarang nyamuk dengan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan jauh lebih efektif.

Krisna mengaku, meski belum ada obat yang bisa menyembuhkan DBD, namun penanganan tepat waktu menjadi kunci  keberhasilan untuk menyembuhkan, bahkan menyelamatkan nyawa penderita.

“Masyarakat kami himbau untuk mengebali “Siklus Pelana Kuda”. Agar penderita cepat mendapatkan perawatan medis,” pungkasnya.(min)

No More Posts Available.

No more pages to load.