Dinkes Surabaya Jelaskan Reproduksi Efektif (Rt) Berwarna Hijau

oleh -109 Dilihat
oleh
Kadinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita didampingi Epidemiolog Dinkes Kota Surabaya, Rosita Dwi Yuliandari, S.KM., M.Epid. (Ist),

SURABAYA, PETISI.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya memberikan penjelasan tentang warna hijau pada reproduksi efektif (Rt) di Kota Surabaya.

Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita menjelaskan, berubahnya warna tersebut bukan pada zonanya. Akan tetapi, warna tersebut hanya terdapat pada Rt tersebut.

Feny sapaan akbranya melanjutkan, selama 14 hari terakhir, sejak tanggak 21 Juli-3 Agustus 2020 angka Rt di Kota Surabaya kurang dari satu atau bisa dikatakan bahwa penularan wabah sudah bisa dikendalikan.

“Ingat lho yaa, saya tidak bicara zona. Tetapi bicara Rt yang sudah hijau dengan penularan kasus yang sudah dapat dikendalikan. Atau teorinya penyakit kemungkinan akan hilang dari populasi. Jadi, sekali lagi angka Rt di Surabaya sudah berwarna hijau,” kata Febria Rachmanita di Balai Kota Surabaya, Selasa (4/8/2020).

Kemudian, jika berbicara mengenai simbol yang terdiri dari tiga warna adalah sebagai gambaran angka penularan kasus.

Warna merah menunjukkan jika angka penularan di atas satu (Rt>1), artinya penyakit akan semakin menyebar dan jadi wabah pada populasi.

Warna kuning adalah penularan sama dengan satu dan penyakit akan konstan ada. Tidak ada penambahan dan pengurangan di populasi, sehingga menjadikannya sebagai endemis.

Sedangkan warna hijau sendiri berarti nilai atau jumlah dari penularan berada di bawah angka satu. Dalam hal ini, penyakit bisa dikatakan dapat dikendalikan.

“Nah, Surabaya sudah warna hijau dan artinya penyakit sudah terkendali,” jelas dia.

Jika dirinci, ucap Feny, maka angka Rtnya dihitung berdasarkan data onset, mulai tanggal 26 Februari-3 Agustus 2020 atau setara dengan 160 hari.

Kemudian, dari data itu, pada tanggal 21 Maret-23 Mei 2020 atau bertepatan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar tahap pertama dan kedua berwarna merah.

Di tanggal 24-25 Mei warnanya berubah ke kuning. Sedangkan di tanggal 26 Mei-4 Juni 2020, warna menjadi hijau. Selanjutnya pada 5–6 Juni 2020 berubah menjadi kuning dan pada 7 Juni berwarna merah.

“Lalu 8–10 Juni masuk warna kuning. Pada 11-12 Juni berwarna merah. Kemudian 13-15 Juni kembali berwarna kuning. Terus begitu, berubah-ubah sangat dinamis. Tetapi yang paling lama warna hijau ini adalah dua minggu terakhir, semoga bisa konsisten,” terangnya.

Feny juga menyebut, jika peranan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sangat tinggi, terlebih Risma bersama jajarannya acap kali berkeliling Kota Surabaya untuk melakukan sosialisasi tentang protokol kesehatan.

“Itu salah satunya mengapa Rt kami bisa turun. Karena Ibu Wali tidak pernah berhenti sosialisasi ke masyarakat. Beliau terus melakukan itu. Sehingga masyarakatnya bisa lebih disiplin lagi,” ungkapnya.

Faktor lain adalah tes rapid dan swab yang selama ini dilakukan juga memiliki peran dalam menurunkan angka penularan. Sebab kata dia, tes itu dilakukan untuk mempercepat upaya deteksi dini pasien terkonfirmasi.

Setelah hasilnya diketahui, pihak Pemkot Surabaya bisa dengan cepat melakukan tindakan karantina atau isolasi pada pasien.

“Bukan berarti itu jelek lho ya. Dengan banyaknya kita menemukan yang reaktif itu, maka berarti kita bisa lebih cepat memisahkan. Kita bisa deteksi dini dari awal untuk memisahkan pasien konfirm agar dia tidak tertular dengan keluarganya dan teman-temannya,” imbuhnya.

Masyarakat juga diimbau untuk terus menerapakn pola hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan, jaga jarak, dan menggunakan masker. Dengan begitu diharapkan angka Rt dapat terus terkendali.

Epidemiolog Dinkes Kota Surabaya, Rosita Dwi Yuliandari, S.KM., M.Epid menambahkan bahwa indikator angka Rt merupakan indikator utama untuk mengetahui pandemi ini bisa terkendali atau tidak.

Rosita menambahkan, setiap harinya (day by day) pihaknya selalu melakukan pemantauan pada kondisi yang ada.

“Pantauan secara berkala dilakukan dan dimonitoring perubahannya dalam 14 hari terakhir sesuai masa inkubasi 14 hari penyakit Covid-19 ini. Makanya, kita pantau terus dan nanti akan kita kolaborasikan untuk menjadi bahan evaluasi dan monitoring kami untuk pemantauan pengendalian kasus tersebut,” tutup dia. (nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.