Ketua Tim Kelana-Astutik: Harusnya PKB yang Nurut NU

oleh -110 Dilihat
oleh
Haji Masnuh saat menghadiri acara di Tulangan, Sidoarjo.

SIDOARJO, PETISI.CO – Bola panas terkait pernyataan mantan Ketua KPU Sidoarjo, M Zainal Abidin terus menggelinding. Zainal yang kini berada di kubu pasangan calon (paslon) Ahmad Muhdlor-Subandi menyebut orang NU kalau tidak mendukung calon dari PKB, maka orang NU tersebut adalah pengkhianat.

Ketua Tim Pemenangan Kelana-Astutik, Haji Masnuh, menuding jika lontaran itu salah besar. Karena seharusnya PKB yang harus nurut NU, bukan NU nurut PKB.

“Ini kebalik. Ya sesuai dengan pengajiannya Kiai Hasyim Muzadi kan seperti itu. Jadi sekali lagi ini kan kebalik, apalagi sampai mengatakan pengkhianat, wah ini terlalu dalam kata-kata khianat itu ya,” kata Masnuh dalam siaran persnya, Senin (26/10/2020).

“Ini nanti kalau warga NU yang dikatakan khianat ini misal sampai emosional, malah bisa menjadi suatu dilema bagi dirinya yang mengatakan seperti itu,” tambahnya.

Artinya pernyataan tim Muhdlor-Subandi ini sangat serius? “Iya, itu melukai Nahdliyin (warga NU). Apalagi dalam NU tak ada istilah khianat. Kalau orang salah saja tabayyun dulu, kalau sudah minta maaf ya sudah,” tegasnya.

Soal beda pilihan dalam Pilkada, menurut mantan Bendahara Umum PBNU itu, bagi warga NU hal yang biasa saja. Apalagi NU tidak ke mana-mana tapi berada di mana-mana. Maka, wajar jika beda pilihan termasuk dalam Pilbup Sidoarjo 2020.

Meski demikian, imbuh orang dekat Gus Dur itu, tidak perlu sampai mengatakan pengkhianat kepada sesama warga NU. Apalagi Zainal adalah mantan Ketua KPU Sidoarjo.

“Dia ngomong kayak begitu, kan dia mantan Ketua KPU Sidoarjo yang semestinya sudah hapal dengan aturan-aturan yang harus diterapkan,” tandasnya.

Pihaknya berharap tidak ada gejala apa-apa dari pihak orang-orang NU yang dikatakan khianat itu. “Saya berharap jangan ada apa-apalah,” ucapnya.

Zainal sendiri telah dilaporkan kader Muslimat NU Kecamatan Krian, Tri Pujiati alias Fitri ke Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) setempat, Kamis (23/10/2020) karena dinilai mencederai dan menyakiti hati warga NU.

Artinya, jelas Masnuh, jika Muslimat NU di level kecamatan sampai mengadukan ke Panwas adalah salah satu bukti bahwa pernyataan itu serius dan melukai.

“Sampai dikhianatkan gitu. Sampai dia menuntut kan akhirnya? Lha ini adalah kepedulian mereka dan sudah jelas bisa kita nilai. Jadi mereka serius dan yakin untuk menentukan pilihannya,” jelasnya.

Lantas, apakah Zainal perlu meminta maaf? “Ya seharusnya seperti itu, minta maaf. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Saya juga mengharap kepada warga NU ya sudah lah, tidak perlu diperdebatkan lagi,” tuturnya.

Hal senada disampaikan Pengarah Tim Bintang Sembilan Berkelas, H Ahmad Khoiri. Orang NU yang tidak mendukung calon dari NU bukan pengkhianat.

“Ya enggak lah, kalau seperti itu kan maka banyak yang dikategorikan pengkhianat-pengkhianat,” ujar kiai asal Tulangan tersebut.

Menurutnya, NU berbeda dengan partai. Apalagi, di daerah lain banyak kader NU berangkat dari beda partai. Jadi, Kiai Khoiri menganggap bahwa hal tersebut selayaknya tidak menjadi persoalan.

“Kemudian yang kedua, di daerah lain-lain itu ya banyak lah yang kader NU berangkat dari mana-mana itu. Enggak ada masalah, nah yang ketiga kalau mau contoh konkret ya banyak,” ujarnya.

Dia memberi contoh calon Bupati dari Gresik. Kader PKB yang malah lari dari PKB dan mencalonkan diri melalui PDIP. “Nah kita sebagai NU itu ada di mana-mana. Enggak ada masalah, yang penting kita lewat dari mana pun siapa yang jadi tetap kader NU,” jelasnya.

Kiai Khoiri memberi gambaran saat Pilgub 2018 lalu. Di mana sesama kader NU bersaing menduduki tampuk kepemimpinan orang nomor satu di Jatim. Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa sama-sama kader NU tulen namun berbeda partai.

“Nah, kemudian Bu Khofifah jadi. Apa Bu Khofifah itu pengkhianat? Ya endaklah. Itu ya, saya rasa begitu,” tegasnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.