Komunitas G25 Belikan Perlengkapan Sekolah Yatim Piatu

oleh -171 Dilihat
oleh
Salah seorang penerima saat menjajal seragam sekolah

BANGKALAN, PETISI.COAda saja cara para pemuda untuk melakukan bakti sosial dan membantu warga yang tidak mampu, salah satunya seperti yang dilakukan oleh para pemuda yang tergabung dalam Komunitas Gerakan Dua Puluh Lima atau disingkat G25 di Kabupaten Bangkalan.

Menjelang tahun ajaran baru, komunitas pemuda di Kabupaten Bangkalan, mengajak anak yatim yang tidak mampu tersebut untuk membeli perlengkapan sekolah, para anak yatim tersebut dibebaskan untuk memilih dan membeli perlengkapan sekolah sementara pembayarannya ditanggung komunitas pemuda tersebut.

Anggota Komunitas G25 mengajak para anak yatim untuk membeli kebutuhan perlengkapan sekolah sebelum menjalani tahun ajaran baru. Para anak yatim tidak mampu yang sudah dikumpulkan sebelumnya diajak untuk berbelanja di pasar tradisional Ki Lemah Duwur Bangkalan, Jumat (15/07/2022) pagi.

Ketua Komunitas G25, Dasuki Rahmad, di sela-sela menemani anak yatim memilih baju seragam, sepatu dan perlengkapan sekolah lainnya, mengatakan bahwa pihaknya sengaja mengajak dan  membebaskan para anak yatim tersebut untuk memilih kebutuhan sekolah yang mereka perlukan. Nantinya pembayaran tersebut akan ditanggung Komunitas G25.

“Ini (bakti sosial) sudah tahap keempat ya, bantuan tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak yatim namun juga bagi anak-anak yang tidak mampu. Kebetulan kali ini untuk anak yatim,” tuturnya.

Dasuki, sapaan akrabnya lantas melanjutkan, dari beberapa yang mendapat bantuan, kita menambah lagi sesuai dengan anggaran yang kita miliki. Karena memang ini swadaya murni dari donatur – donatur militan di G25 Indonesia. Pemberdayaan pendidikan ini merupakan salah satu program prioritas di G25 Indonesia. Selain itu adalah pemberdayaan ekonomi mikro dan spesial sosial charity.

“Karena bulan ini adalah bulan pendidikan, maka kita alokasikan anggaran untuk anak-anak sekolah yang berlatar belakang tidak mampu, anak yatim dan diantaranya adalah anak-anak yang orang tuanya kita bantu usahanya,” papar Dasuki.

Dasuki menambahkan banyak anak-anak yang mendapat Kartu Indonesia Pintar namun tidak mencukupi untuk membeli perlengkapan sekolah, bahkan ada beberapa anak penerima KIP tapi tidak menerima apapun dari bantuan KIP tersebut.

Sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka bisa memilih sendiri, sesuai dengan kebutuhan mereka. Kalau tidak punya seragam coklat, sesuai ukurannya, sepatu juga begitu. Harganya berapa kita yang bayar. Kalau ATK memang sudah kita siapkan di awal. Jadi semua yang berhubungan dengan yang mereka butuhkan untuk sekolah, karena ternyata KIP itu tidak cukup untuk membiayai mereka.

“Bahkan ada di antara mereka yang pegang KIP tetapi tidak pernah terima apapun,” pungkasnya.

Sementara itu Alif, salah satu anak yang dibelikan perlengkapan sekolah mengaku sangat senang dengan bantuan itu. Alif mengatakan jika perlengkapan sekolahnya sudah mulai rusak dan sangat terbantu dengan perlengkapan sekolah baru tersebut.

“Saya senang dapat baju seragam dan sepatu baru. Saya akan lebih semangat dalam belajar,” ujar Alif. (san)

No More Posts Available.

No more pages to load.