Lagi, di Blitar Demam Berdarah Menelan Korban

oleh -82 Dilihat
oleh
Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti

BLITAR, PETISI.CO – Demam berdarah di Kabupaten Blitar kini telah memakan korban Kembali, penderita Demam Berdarah (DB) kini meninggal dunia.

Setelah sebelumnya Dinas Kesehatan mencatat enam penderita meninggal dunia, dengan tambahan satu kasus ini, maka hingga November 2018 tercatat tujuh penderita DB dinyatakan meninggal dunia.

Sama dengan kasus sebelumnya, penderita DB yang meninggal juga berusia di bawah 10 tahun. Pasien tercatat sebagai warga Kecamatan Gandusari. Sebelumnya ada enam penderita dinyatakan meninggal dunia.

“Terhitung sejak Januari hingga Oktober 2018. Kemudian, bulan ini kami menemukan satu lagi kasus meninggal dunia,” kata Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, Senin (05/11/2018).

Menurut Krisna Yekti, meninggalnya pasien DB ini, akibat kurangnya pengetahuan warga terkait penanganan pasien DB. Dari hasil evaluasi diketahui, kebanyakan penderita terlambat mendapatkan penanganan medis. Mereka, baru dibawa ke fasilitas kesehatan setelah sudah terlanjur parah. Kebanyakan ketika dibawa ke fasilitas kesehatan kondisinya sudah parah. Sehingga tidak bisa diselamatkan.

“Untuk itu kami mengimbau agar para orang tua peka dengan kondisi kesehatan anak-anaknya,” tandas Krisna Yekti.

Lebih lanjut Krisna Yekti menyampaikan, untuk mengantisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus demam berdarah, Dinkes Kabupaten Blitar menggalakkan gerakan Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Hal ini terbukti efektif menekan angka penyebaran demam berdarah.

Program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap rumah, dinilai dapat menekan angka penyebaran nyamuk aedes aegypti, sehingga jumlah penderita DB dapat terus ditekan. Pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan tiap rumah, merupakan cara paling efektif dan efisien. Karena penanganan seperti fogging hanya membunuh nyamuk dewasa bukan jentik nyamuk. Jentik nyamuk hanya bisa diberantas dengan PSN,

Lebih lanjut Krisna Yekti mengatakan, gejala awal DBD pada umumnya adalah demam tinggi, mual, muntah, pusing, bintik merah serta pendarahan seperti mimisan. Namun saat ini gejala itu kadang-kadang tidak nampak.

“Kalau sekarang memang ada sebagian penderita yang tidak nampak gejalanya. Misalnya anak tidak panas hanya sedikit lesu tiba-tiba syok. Hal seperti ini yang ditakutkan. Untuk itu orang tua harus lebih aktif jika anak mengalami gangguan kesehatan. Terutama jika dalam dua hingga tiga hari gejala yang dialami tak mereda cepat periksa laboratorium. Dengan tes lab akan diketahui penurunan trombositnya. Dan jangan pindah-pindah pengobatan,” jelas Krisna Yekti.

Kresna menambahkan , yang perlu dipahami lagi bagi semua masyarakat, karena tidak nampaknya gejala awal DBD ini diduga karena ada mutasi gen pada virus dengue yang menyebabkan deteksi awal DBD tidak lagi seperti pola pelana kuda.

Selain itu, yang perlu diwaspadai lagi siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti juga telah berubah karena pengaruh musim dan kebal obat fogging.

“Selain tanggap jika mengalami masalah kesehatan yang mengarah pada gejala DBD, himbauan yang tak henti-hentinya kami himbau kemapa masyarakat adalah tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal,” ujarnya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mencatat, dalam 10 bulan terakhir di tahun 2018 ini sebanyak 250 orang di Kabupaten Blitar terjangkit DBD. Dari jumlah tersebut, tujuh diantaranya meninggal dunia. (min)

No More Posts Available.

No more pages to load.