Lestarikan Permainan Tradisional, Mahasiswa PMM Jadi Relawan di Kampung Lali Gadget

oleh -305 Dilihat
oleh
Para Mahasiswa PMM ketika menjadi relawan di Kampung Lali Gadget

SIDOARJO, PETISI.CO – Anak-anak zaman sekarang sudah jarang yang mengenal permainan tradisional. Mereka lebih asyik dengan gadget. Padahal kita tahu dampak negatif gadget bagi anak begitu besar. Untuk itulah Universitas 17 Agustus 1945 mengajak mahasiswa dari berbagai kampus di berbagai daerah di Indonesia untuk ikut mengatasi problem tersebut.

Saat ini terdapat terdapat ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang sedang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Untag.

Mereka berasal dari sejumlah kampus dari Sabang sampai Merauke di antaranya Universitas Katolik Musi Charitas, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al- Washliyah, Universitas Tadulako, Universitas SumateramUtara, Universitas Internasional Batam, Universitas Nusa Cendana Kupang, Universitas Malikussaleh, dan Universitas Samudra.

Termasuk juga dari Universitas Negeri Manado, Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang, Universitas Musamus Merauke, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Pattimura, Universitas HKBP Nommensen, Universitas Sariputra Indonesia Tomohon, Universitas Lampung, Universitas Tridinanti, dan Universitas Syiah Kuala.

Selama satu semester mereka beraktivitas di lingkungan Untag. Dari ratusan mahasiswa PMM itu, 47 di antaranya dikenalkan dengan komunitas Kampung Lali Gadget (KLG) di kampung di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo.

Di kampung itu juga menyediakan wahana permainan tradisional bagi anak-anak. Pada Sabtu dan Minggu, 9-10 Desember 2023, para mahasiswa itu menjadi relawan di KLG. Sehari sebelumnya, para mahasiswa tersebut belajar dulu untuk memainkan permainan tradisional. Menjadi relawan atau volunteer di KLG merupakan salah satu kegiatan kontribusi sosial dalam Modul Nusantara PMM.

“Mahasiswa ketika pulang ke daerahnya diharapkan menjadi penggerak di tempat masing-masing. Di KLG mereka akan belajar mengelola permainan tradisional bagi anak-anak. Semoga bisa diterapkan di daerah mereka,” kata Ali Achmad Sholeh, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 yang menjadi mentor PMM, Minggu (10/12/2023).

“Di KLG mahasiswa akan menjadi pemandu permainan tradisional. Juga ada pentas budaya menggunakan baju adat yang telah dipersiapkan,” imbuh Ali.

Para Mahasiswa juga akan menampilkan kebudayaan asal masing-masing dari baju adat sampai dengan permainan tradisional khas daerah mereka. Para mahasiswa ini akan bersenang-senang bersama anak-anak yang datang ke KLG.

Perlu diketahui bahwa KLG didirikan oleh Achmad Irfandi, pemuda asal Desa Pagerngumbuk, pada 1 April 2018. Irfandi memulai program ini karena khawatir akan bahaya kecanduan gadget di kalangan anakanak. Meski tidak ada kasus serupa di desanya, Irfandi melakukan kegiatan ini untuk memastikan kecanduan gawai dapat dicegah di lingkungan tempat tinggalnya.

Inti dari kegiatan ini adalah program pelestarian budaya untuk mempromosikan permainan tradisional yang terbukti cukup efektif mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai. Kampung Lali Gadget merekrut generasi muda lainnya di Desa Pagerngumbuk dan generasi muda di Sidoarjo.

Sekaligus sebagai pemberdayaan pemuda dan masyarakat desa. Kegiatan program ini mengajarkan pendidikan budaya, kearifan lokal, olahraga, peternakan, dan permainan tradisional. Selain mengurangi ketergantungan pada gawai, program ini juga membantu mengedukasi anak tentang budaya dan kearifan lokal.

“Harapannya, program ini tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi desa wisata atau destinasi bagi para orang tua yang ingin melakukan wisata edukasi dan menyembuhkan kecanduan gawai pada anak-anaknya,” ujar Achmad Irfandi.

Sementara itu, Tim KLG berharap isu kecanduan perangkat akan diangkat secara nasional dan menjadi perhatian bersama bagi semua orang untuk mencoba mengurangi dampaknya.

“Saya sangat antusias untuk mengikuti kegiatan KLG besok yang diselenggarakan oleh kami selaku mahasiswa pertukaran Untag Surabaya, kami juga sedikit bangga karena memiliki kesempatan yang sangat berharga karena akan menjadi salah satu mahasiswa yang melestarikan budaya nusantara,” pungkas Surya K. Kale Mira, mahasiswa PMM asal Universitas Nusa Cenda Kupang. (riz)

No More Posts Available.

No more pages to load.