MUI Kota Surabaya Gelar Seminar Penanggulangan Bahaya Radikalisme dan Terorisme

oleh -148 Dilihat
oleh
Seminar penanggulangan bahaya radikalisme dan terorisme

SURABAYA, PETISI.CO – Dalam rangka mencegah bahaya radikalisme dan terorisme, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surabaya menyelenggaraksn acara silaturahmi bertajuk “Seminar Penanggulangan Bahaya Radikalisme dan Terorisme” yang digelar di Gedung SMANDA Tower lantai 2 SMA Muhammadiyah Jl. Pucang Adi No 128-132 Surabaya, Sabtu (24/6/2023).

Hadir pada kegiatan tersebut, Ketua Umum MUI Kota Surabaya KH. Abdul Muhit Murtadlo, Sekretaris Umum KH. Drs. Muhaimin Ali, Sekretaris Harian MUI Surabaya KH. Shodikun A Karim SH, M.Kn, Danrem 084/BJ, Kodim 0830 Surabaya Utara Letkol Adnan, Densus 88 Anti Teror Kombes Pol Kurnia Wijaya SH, MH, Kepala Kemenag Surabaya Arifin, Kapolres KP 3 Tanjung Perak, Kapolrestabes Surabaya, Kepala SMA Muhammadiyah 2 KH. Astajab, para Ketua MUI tingkat kecamatan.

Acara seminar kali ini diikuti kurang lebih 200 orang peserta, yaitu, anggota TNI, Polri, BUMN, Kampus dan lembaga publik serta pengurus MUI tingkat kecamatan se Kota Surabaya. Seminar bertajuk “Penanggulangan Bahaya Radikalisme dan Terorisme” di buka Ketua Umum MUI Kota Surabaya dan Walikota Surabaya.

Dalam sambutannya, KH. Abdul Muhit Murtadlo, menyampaikan, bahwa acara seminar ini merupakan salah satu cara untuk penanggulangan atau mencegah penyebaran radikalisme dan terorisme di Indonesia, khususnya kota Surabaya.

“Alhamdulillah, terimakasih kepada semua pihak baik ulama dan kiai kiai, sehingga dapat terselenggaranya acara atau kegiatan ini,” ucap Ketua Umum MUI Kota Surabaya.

Selanjutnya, Wali Kota Surabaya diwakili Sekretaris Kota Surabaya Mohammad Afghani, mengatakan, dimana pihaknya mengucapkan permohonan maaf atas ketidak hadirannya dalam kegiatan tersebut.

“Pak Densus mohon maaf, kalau ada yang namanya Afghani insya allah bukan teroris pak,” celetuk Afghani.

Pada kesempatan tersebut pihaknya membacakan sambutan dari Walikota Surabaya.

“Dimana Surabaya adalah kota yang berorang ada banyak suku dan agama yang hidup dan beraktifitas di Surabaya, dengan demikian toleransi menjadi hal yang sangat penting dan harus kita jaga bersama,” ujar wali kota.

Selama ini, lanjut Afghani, lembaga lembaga yang telah berperan tentang kerukunan kerukunan umat beragama, seperti FKUB, organisasi keagamaan serta forum lintas agama, senantiasa telah bekerjasama dan membangun komunikasi yang baik.

“Organisasi keagamaan, seperti Banser, Ansor, pemuda Muhammadiyah, gereja, atau organisasi yang lainlain. Mereka saling bekerjasama dalam hubungan lintas agama yang harmonis, terlebih pada saat masa pandemi yang lalu,” ungkapnya.

Kemudian sebagai narasumber atau pembicara dalam seminar tersebut, diantaranya, anggota Densus 88 anti teror, Korem 084 Bhaskara Jaya dan Sekertaris Umum MUI Kota Surabaya, yang di moderatori oleh KH. Shodikun A Karim SH. M.Kn.

Masuk dalam materi pertama, di sampaikan Densus 88 Anti Teror Kombes Pol Kurnia Wijaya SH, MH, menerangkan, bahwa radikalisme dan terorisme betul betul sangat berbahaya. Seperti pada tahun 2002 terkenal dengan peristiwa bom Bali 1, yang notabene wilayah tersebut merupakan lokasi wisatawan manca negara.

“Pada waktu itu pak kapolri langsung bentuk tim satgas dan setelah dibentuk, dalam waktu singkat tim satgas bisa mengungkap dan menangkap pelaku. Mereka adalah termasuk dari golongan jamaah islamiah, ternyata dari peristiwa bom bali itu masih terjadi lagi ledakan tahun 2003, 2004 di JW Mariot dan 2005 di bali lagi yang dikenal dengan bom bali 2,” terang Kasubdit Sosialisasi Direktorat Densus 88 Anti Teror Polri.

Setelah itu, lanjut Kombes Kurnia, masih terus pada tahun 2006 dan 2009 yang termasuk besar juga di kalangan BUMN yaitu di Aceh. Peristiwa kembali terjadi di tahun 2018 dengan modus operandi baru, dalam kesempatan itu ia juga menerangkan materi mengenai usaha Densus 88 Anti Teror dalam menanggulangi terorisme, yaitu melalui deradikalisasi kepada semua elemen masyarakat. Menurutnya di Surabaya ini sangat luar biasa terkait bahaya radikalisme dan terorisme, ada 165 mantan teroris yang sudah lulus dan semua ada di Jawa Timur.

“Ini jumlah yang tidak sedikit, satu hari kalau memang mereka masih memiliki rencana memperjuangkan Indonesia akan dibikin negara islam, mereka menganggap presiden, aparat TNI-Polri yang semua tak sesuai sepemahaman akan dianggap kafir dan sah darahnya untuk mereka di bunuh,” terangnya.

Selanjutnya materi ke dua disampaikan Korem 084 Bhaskara Jaya, Kapten Inf Ibnu, memaparkan, dimana radikalisme adalah suatu paham yang di buat buat oleh satu kelompok yang menginginkan perubahan pembaharuan sosial politik secara drastis, menggunakan cara cara kekerasan.

“Radikal kiri, agama yang menghendaki pemberlakuan sistim komunikasi dalam bernegara, radikal kanan yaitu fundamentalisme yang menghendaki pemberlakusn hukum. Radikalisasi, suatu upaya mereduksi giat’s radikal dan menetralisasi paham radikal bagi yang terlibat teroris dan simpatisannya serta masyarakat yang terekspose paham radikal teroris,” paparnya.

Radikalisme, seperti Rala, Raka dan Raki. Dimana kalau Rala biasanya tidak mempunyai konsepsi yang jelas, di Indonesia Rala umumnya bersumber pada hal hal, diantaranya, pendewaan pada ilmu yang berkembang menjadi intelektualisme, sentimen kedaerahan yang berkembang menjadi separatisme, heroisme yang salah dan berkembang menjadi anarkisme.

Kemudian dijelaskan gerakan lainnya atau sparatisme menggunakan pola pola, diantaranya, mengadakan gerakan demonstration effect (mudah ditiru) oleh daerah lain, kampanye dimulai dalam surat kabar, selebaran untuk merangsang adanya demonstrasi atau gerakan (penempelan plakat dan selebaran), gerakan dimulai golongan kecil orang (pelajar, mahasiswa atau buruh) dengan harapan didukung oleh golongan golongan lain dalam warga masyarakat.

“Biasanya juga bertujuan membentuk pendapat umum yang sesuai dengan pendapat golongannya,” jelas Pasi Wakil Teritorial Korem 084 Bhaskara Jaya.

Sementara materi ke tiga, disampaikan langsung oleh Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya, KH. Drs. Muhaimin Ali, diawali dengan menerangkan tentang persatuan umat islam. Pihaknya mengajak kepada golongan umat islam untuk bersatu, dalam mengantisipasi bahaya radikalisme dan terorisme.

“Dua kubu islam NU dan Muhamadiyah jika bertemu jadi satu, yaitu sufinya dan torekotnya ada di NU tapi pemikirannya ada di muhammadiyah. Jika di gabung jadi satu, mana negara Indonesia akan menjadi negara islam yang adidaya,” ujar Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya.

Menurutnya, bertemunya dia golongan besar ini banyak di luar sana yang tidak setuju, bagaimana antara NU dan Muhamadiyah eker ekeran (berseteru) terus dan itu yang di tunggu tunggu oleh mereka.

“Teroris itu dikatakan tidak beragama karena yang mengaku beragama pasti menebar cinta,” tegas Kiai Muhaimin Ali, saat memberikan pencerahan.

Ditemui usai kegiatan, KH. Muhaimin Ali, menambahkan, bahwa kegiatan kali ini adalah dalam rangka mewaspadaii adanya gerakan gerakan non toleran.

“Jadi supaya Surabaya yang banyak perguruan tinggi dan BUMN ini, bisa memahami apa sebenarnya bahaya daripada teroris dan radikalis dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga nantinya, semua akan memahami bagaimana cara untuk menciptakan islam rohmatan lil’alamin, islam wasatiyah, serta islam yang menciptakan kedamaian kesejukan di tengah tengah kehidupan ini,” pungkas tokoh Islam yang selalu lantang dalam menyampaikan Ukhuwah Islamiyah ini. (bah)

No More Posts Available.

No more pages to load.