Paparan Polusi Udara Naikkan Penyakit Respirasi, Anak dan Usia Lanjut Diperlukan Pengawasan

oleh -299 Dilihat
oleh
Ilustrasi

TULUNGAGUNG, PETISI.CO -Pemerintah terus mendorong upaya promotif preventif untuk mencegah masyarakat mengalami dampak polusi udara. Polusi udara menjadi masalah serius di lingkungan, sehingga berdampak pada kesehatan manusia.

Polusi udara muncul karena kontaminasi udara, baik yang terjadi di dalam atau luar ruangan yang disebabkan zat kimia.

Berbagai penyakit respirasi atau pernafasan akan muncul akibat polusi udara dengan prevalensi tinggi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dalam hal ini pemerintah terus mendorong upaya promotif preventif untuk mencegah masyarakat mengalami dampak polusi udara.

Ada empat faktor penyebab penyakit paru, polusi udara, riwayat merokok, infeksi berulang, dan genetik. Dari faktor tersebut, polusi udara menyumbang 15-30 persen resiko penyakit paru.

Sementara itu, diungkapkan Dokter Spesialis Paru RSUD dr. Iskak, dr. Fitri Emizola, Sp.P., bahwa polusi udara terjadi karena proses pembakaran yang tidak sempurna.

Menurutnya lagi, polusi udara muncul karena kontaminasi udara, baik yang terjadi di dalam atau luar ruangan yang disebabkan zat kimia. Pembakaran ini banyak jenisnya, yang terjadi di dalam dan di luar rumah.

“Pembakaran di dalam rumah terjadi ketika melakukan aktivitas memasak dengan kayu bakar, asap dari rokok atau vape, dan sebagainya,” ungkapnya.

“Sedangkan pembakaran di luar rumah dapat dijumpai pada asap industri atau pabrik, asap kendaraan bermotor dan kebakaran hutan,” timpalnya, Minggu (17/9/2023).

Ditambahkannya, beberapa bahan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan polusi udara adalah nitrogen oksida, partikel tidak sempurna, ozon, sulfur dioksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon.

Bahan kimia itu membuat udara menjadi berwarna, berbau, dan menimbulkan iritasi. Dan Berdasarkan data Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators, terdapat lima penyakit respirasi penyebab kematian tertinggi di dunia, yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.

“Faktor risiko polusi udara terhadap penyakit respirasi itu cukup tinggi. PPOK memiliki risiko 36,6%, pneumonia 32%, asma 27,95%, kanker paru 12,5%, dan tuberkulosis 12,2%,” lanjut Fitri Emizola.

Lanjutnya menerangkan, meskipun polusi tidak langsung menyebabkan penyakit, namun jika dibiarkan dapat menjadi penyakit kronis.

“Terdapat paparan kronis yang menyebabkan terjadinya perubahan dari struktur saluran napas. Perubahan struktur yang terjadi secara terus menerus dan kronik dapat mengubah kondisi saluran napas kita,” terang dr. Fitri.

Selain itu, masih kata Fitri, dalam kondisi normal daya tahan tubuh dapat melawan paparan polusi dengan  kuat, namun jika kondisi tubuh sedang tidak fit, daya tahan tubuh dapat menurun. Disaat inilah paparan polusi dapat menyebabkan sistem saluran pernapasan terganggu dan menimbulkan penyakit.

“Karena itu anak bawah lima tahun dan usia lanjut membutuhkan pengawasan khusus karena belum kuat atau mengalami penurunan,” sambungnya.

Masyarakat diminta mematuhi protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas di luar rumah yang tidak penting.

“Jika mengalami gangguan kondisi kesehatan, utamanya terkait saluran pernapasan, segera memeriksakan ke fasilitas layanan kesehatan,” jelasnya. (par)

No More Posts Available.

No more pages to load.