Sejak April Hingga Mei, Pemkot Lakukan Ribuan Rapid Test

oleh -408 Dilihat
oleh
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

SURABAYA, PETISI.CO – Terhitung sejak April hingga 12 Mei 2020, Pemkot Surabaya telah lakukan 7.223 rapid test untuk melakukan screening pada kondisi seseorang di beberapa daerah.

Dari total rapid test yang telah dilakukan, terdapat 4.585 orang tanpa gejala (OTG), dengan rincian 650 warga terdeteksi reaktif dan 3.935 lainnya negatif.

Sedangkan untuk yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 641 orang, hasil itu merupakan total dari 51 orang reaktif dan 590 orang negatif.

“Kalau untuk pasien dalam pengawasan (PDP) jumlah itu 160 pasien yang didalamnya terdapat 41 pasien itu reaktif dan 119 orang negatif,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Halaman Balai Kota Surabaya, Rabu (13/5/2020).

Sementara itu, untuk para tenaga kesehatan berjumlah 1.837 orang, dengan rincian 46 orang reaktif dan 1.791 dinyatakan dengan hasil negatif.

Total pemkot sudah melakukan rapid test setidaknya di tujuh daerah yang ada di Kota Surabaya, yaitu Sawah Pulo, Kebon Dalam Tengah, Dupak Timur 4, Gresik PPI Pasar, Tenggilis Utara 2, Gubeng Masjid 1 dan Wonorejo, Rungkut.

“Masing-masing wilayah berkoordinasi dengan pihak Puskesmas. Kalau kemarin itu Rungkut Kidul dan Manukan Kulon Mukti. Kemudian Gresik PPI Pasar sebagian itu sekarang, ada yang kemarin,” terangnya.

Menurutnya, sebelum rapid tes itu dilaksanakan, terlebih dahulu akan dilakukan pengecekan pada data. Jika ditemukan salah satu daerah dengan jumlah warga terkonfirmasi corona cukup banyak, maka akan langsung dilakukan rapid test secara serentak disana.

“Setelah saya lihat datanya, yang banak itu ada dimana? oke di situ dilakukan rapid test,” jelasnya.

Risma melanjutkan, ada beberapa lokasi yang menurut data tidak terlalu banyak masyarakat yang terkena pandemi ini. Seperti misalnya di daerah Wonokusumo, dari 100 rapid test tidak ditemukan satu pun yang reaktif.

“Semua negatif. Artinya yang utama adalah tempat yang kasusnya besar,” ungkapnya.

Ia berpendapat, meski hasil rapid test ini terbilang tinggi, namun belum tentu hasil swabnya juga demikian. Berdasarkan pengalaman beberapa waktu lalu, ada beberapa kasus yang rapidnya reaktif.

“Tapi saat dilakukan tes swab hasilnya negatif, bahkan swab dua kali hasilnya negatif,” paparnya.

Meski begitu, setiap wilayah memiliki kasus yang berbeda-beda. Terutama daerah yang angka kasusnya besar.

“Seperti di Manukan, Kedung Baruk dan Wonorejo saya minta untuk disisir lagi,” pungkas dia.(nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.