Tahun 2023 Bencana Alam Turun, Ini Kata Kalaksa BPBD Jatim

oleh -240 Dilihat
oleh
Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto

SURABAYA, PETISI.CO – Meski banyak kejadian kebakaran lahan hutan di Jawa Timur (Jatim) di musim kemarau, namun musibah bencana alam di provinsi ini sepanjang tahun 2023 mengalami penurunan dibanding 2022.

Berdasar data BPBD Jatim, sepanjang 2022 terjadi 244 kejadian bencana alam, terdiri dari 224 kejadian sedang dan 20 kejadian tinggi. Pada 2023, sebanyak 118 kejadian, terdiri dari 99 kejadian sedang dan 19 kejadian tinggi.

“Setelah dilakukan evaluasi, jumlah kejadian bencana alam di tahun 2023 dibanding 2022 mengalami penurunan. Dimana beberapa wilayah yang sebelumnya terjadi bencana alam, kebetulan tidak mengalami bencana,” kata Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto di Surabaya, Jumat (12/1/2024).

Turunnya angka bencana alam itu, menurutnya, terjadi karena keterlibatan peran pemerintah pusat, provinsi dan daerah. Kenapa demikian, karena banyak infrastruktur yang dibangun pemerintah. Seperti, bendungan, perbaikan irigasi dan tanggul-tanggul sungai.

Juga pintu air di Probolinggo yang diresmikan gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. “Ibu gubernur juga melakukan penanaman pohon, seperti mangrove dan pohon di wilayah yang gundul, itu mempengaruhi potensi bencana alam di Jatim,” ungkapnya.

Yang pasti, lanjutnya, dukungan dari masyarakat dan semua pihak sangat berpengaruh. Dimana kita tahu dengan semakin banyaknya masyarakat menanam pohon, otomatis mempengaruhi wilayah yang sebelumnya mengalami banjir dan gundul.

“Itu semua sejalan dengan arahan bapak Presiden dalam rapat teknis tahun lalu, agar bencana alam menjadi skala prioritas di dalam hal penanganan bencana alam di Indonesia,” papar mantan Kepala Biro Kesra Setdaprov Jatim ini.

Soal potensi bencana 2024, Gatot mengatakan sudah melakukan langkah-langkah rapat koordinasi, kesiapan sarana prasarana, kesiapan material banjir, serta kegiatan Bu gubernur bersih-bersih sungai dan pembangunan bendungan, irigasi, perbaikan tanggul dan pintu air.

Yang menjadi prioritasnya, yaitu daerah aliran sungai (DAS), antara lain Bengawan Solo dan Brantas. Tetapi, tidak menutup kemungkinan perhatian wilayah-wilayah sungai yang dikelola provinsi, seperti sungai Welang dan Bajulmade.

“Dimana di wilayah tersebut, sudah dilakukan kegiatan normalisasi dan bersih-bersih sungai oleh warga dan lembaga masyarakat dan Pemda setempat,” jelasnya.

Gatot menyebut ada beberapa wilayah rawan banjir yang saat ini menjadi prioritas, antara lain Pasuruan, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto dan Sampang. Selain banjir, terhitung mulai 1-10 Januari 2024, sudah ada kejadian bencana, khususnya angin puting beliung.

Dimana, beberapa daerah-daerah tersebut merupakan jalur adanya puting beliung. “Sudah ada tujuh kejadian puting beliung di Nganjuk, Madiun, Jember dan Banyuwangi. Tetapi, yang paling sering terjadi puting beliung di wilayah Madiun. Jadi, yang harus diwaspadai banjir dan puting beliung,” ungkapnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.