Bambang Haryo Minta Pemkot Surabaya Peduli Pada Ludruk

oleh -152 Dilihat
oleh
Penampilan Bambang Haryo di pentas ludruk

SURABAYA, PETISI.CO – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya harus memiliki kepedulian tinggi terhadap kesenian Ludruk. Jika kondisinya dibiarkan seperti sekarang, bukan mustahil Ludruk yang menjadi kebanggaan warga Surabaya akan punah.

“Saya kira tergantung dari pimpinan daerah itu sendiri bagimana cara mendorong seni budaya agar bisa menghidupkan kembali kesenian ludruk. Kesenian ini harus dapat perhatian lebih dari pemkot Surabaya,” kata anggota Komisi V DPR RI, Bambang Haryo di Gedung Pringgodani, komplek Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya, Minggu (31/3/2019) malam.

Menurutnya, ludruk merupakan satu kesenian yang mendasar dari wilayah Surabaya, dimana Ludruk ini peninggalan budaya wilayah yang luar biasa. Bahkan, ludruk bisa menghasilkan beberapa artis ternama baik tingkat daerah maupun nasional.

“Dari ludruk ini berkembang menjadi Srimulat. Ini yang harus dihidupkan kembali oleh pemerintah. Tidak ada kata-kata mereka tidak diperhatikan dengan baik,” ujarnya.

Dia melihat fasilitas-fasilitas yang memprihatinkan. Seperti di Gedung Pringgodani yang berada di komplek THR. Gedungnya kurang terawat. Fasilitas yang di dalam gedung juga tak memadai. “Memang menyerupai gedung mangkrak yang telah lama tak terawat,” ucapnya.

Namun, dengan bakat sumber manusianya yang luar biasa, dengan infrastruktur yang sederhana, Bambang berharap pemerintah daerah bisa menghidupkan kembali. Bila perlu, para pemain ludruk diberi gaji yang sesuai dengan UMR.

“Karena tidak mudah mencari bakat-bakat, butuh waktu dan keinginan integritas, termasuk permasalahan yang berhubungan dengan budaya,” ujar calon anggota legislatif (caleg) DPR RI Dapil Jatim I Surabaya-Sidoarjo ini.

Dia lalu membandingkan dengan negara Thailand dan Jepang. Kedua negara ini menjadi terkenal, bukan dari sisi alamnya, tapi budayanya. Thailand jual budayanya, bukan alamnya, karena tidak punya gunung dan lautnya sedikit.

Hebatnya, jumlah turis di Thailand bisa mencapai 46 juta setiap tahun. Bahkan, sekarang dinaikkan menjadi 64 juta setiap tahun. Sedangkan Indonesia 13 juta dengan begitu banyaknya panorama.

“Jadi, kembalikan budaya-budaya bangsa ini untuk bisa kita persembahkan kepada masyarakat dunia. Saya kira tergantung dari pimpinan daerah itu sendiri bagimana cara mendorong seni budaya, sehingga menjadi tonggak pariwisata, terutama untuk luar negeri,” jelasnya.

Pihaknya siap mendukung seniman-seniman Surabaya ini. THR harus bisa menjadi pusat kesenian Surabaya. Kalau melihat luasnya, sangat memadai untuk menjadi pusat kesenian Surabaya.

“Nanti bisa dikolaborasikan dengan tempat bermain anak-anak. Sehingga selain bermain, mereka bisa diajak ke THR untuk mengetahui budaya-budaya masyarakat Surabaya,” tandasnya.

Kondisi ludruk yang prihatin ini, juga diakui seniman ludruk Sugeng Rogo. Sekedar mempertahankan ludruk, dia membimbing anak-anak berlatih tanpa memungut biaya. Setiap bulan, dia mementaskan anak didiknya di panggung Gedung Pringgodani.

Tadi malam misalnya. Bersama kelompok Ludruk Putra Taman Hirra, dia menampilkan anak didiknya dalam ludruk dengan lakon “Sawunggaling Arek Suroboyo”. Anak didiknya tampil meyakinkan dihadapan ratusan penonton.

Dalam pementasan itu, Ronggo juga mengajak anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Bambang Harjo Soekartono untuk ikut tampil memerankan tokoh Adipati Surabaya Jayengrono, ayah kandung Sawunggaling.

“Hanya dengan cara ini kami bisa melestarikan budaya kesenian ludruk. Selama saya menggeluti kesenian ludruk tidak pernah menghasilkan uang untuk menopang kehidupan saya sendiri maupun keluarga,” tutur pemilik kelompok ludruk Putra Taman Hirra ini. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.