Jelang Ramadhan, Pemkot Surabaya Konsultasi dengan MUI dan Ahli Gizi

oleh -117 Dilihat
oleh
Andriyanto selaku Ahli Gizi .(ist)

SURABAYA, PETISI.CO – Memasuki Bulan Suci Ramadhan, Pemkot Surabaya lakukan konsultasi kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surabaya dan para Dokter Ahli Gizi untuk para OTG, ODP, dan PDP agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa dengan aman.

Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya, Muhammad Munif mengatakan jika seseorang yang sedang sakit dan dokter sudah memutuskan untuk tidak berpuasa, maka secara otomatis orang tersebut sudah boleh tidak berpuasa. Namun, orang itu harus meng-qadha (mengganti) dilain waktu ketika sudah dinyatakan sembuh.

“Orang yang sedang sakit itu sudah melakukan kosultasi ke dokter, nah apa lagi mereka yang terkena wabah Covid-19 kan sudah jelas ditangani oleh para tenaga medis. Iya itu berlaku baik itu OTG, ODP, atau pun PDP dan yang positif Covid,” kata Munif, Rabu (22/4/2020).

Munif melanjutkan, semuanya tergantung dengan saran dan anjuran para dokter. Sehingga diharapkan mereka dapat lebih memperhatikan kondisnya masing-masing. ” Intinya kalau dokter sudah menyarankan untuk tidak puasa, ya tolong jangan berpuasa dulu,” lanjutnya.

Sementara itu, Andriyanto selaku Ahli Gizi mengungkapkan, untuk para OTG yang menjalani karantina secara mandiri di rumah dan kondisinya dalam keadaan sehat, mereka diperbolehkan untuk berpuasa tetapi harus tetap memperhatikan suplai makanan dan menjaha pola hidup sehat.

“Mereka boleh berpuasa tetapi harus mengkonsumsi menu yang seimbang, seperti memperbanyak lauk pauk hewani terutama ikan laut, sayuran hijau, buah, konsumsi air putih minimal 8 gelas setiap harinya, vitamin, minuman hangat dan herbal,” kata pria yang menjabat sebagai Ketua DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Bidang Hukum dan Humas ini.

Konsumsi menu sehat dan gaya hidup sehat juga sangat disarankan kepada orang-orang yang tidak masuk dalam kategori tersebut. Dengan hal itu dimaksudkan agar mereka tetap dalam kondisi yang bugar saat menjalan ibadah puasa. “Istirahat yang cukup dan melakukan aktivitas ringan sebelum berbuka puasa,” ucapnya.

Bagi orang lanjut usia yang memiliki kerentanan tertular virus asal Wuhan Cina ini diperbolehkan untuk puasa selama mereka sedang sehat. Namun, jika mereka memiliki penyakit kronis, seperti TBC, Kanker, Jantung, atau penyakit lainnya tidak dianjurkan untuk berpuasa.

Andriyanto menegaskan, setiap pasien ODP yang sedang menjalani masa karantina di Rumah atau pun di Rumah Sakit Darurat tidak dianjurkan berpuasa. Ia mengkhawatirkan imun tubuh para ODP masih belum kuat dan lebih rentan terhadap virus. “Jadi, sebaiknya tidak puasa dulu,” tegasnya.

Mereka disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang dengan kandungan anti oksida yang tinggi dan mengandung omega 3. Selain itu, mereka dianjurkan untuk minum minuman herbal.

Selain itu, PDP yang dikarantina di rumah atau tempat isolasi lainnya, seperti Rumah Sakit Darurat atau Rumah Sakit Rujukan maka tidak boleh berpuasa. Terutama untuk pasien yang positif Covid-19, sudah jelas dilarang berpuasa.

“Untik yang PDP dan positif sudah tidak boleh puasa. Menu di Rumah Sakit atau tempat isolasi harus TKTP (Prinsip Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein), kaya anti oksidan (Vitamin A/C/E/Selenium) dan kaya omega 3 sebagai anti inflamasi. Jumlah kebutuhan zat gizi tergantung usia, jenis kelamin dan kondisi umum penderita,” tandasnya.

Dengan adanya konsultasi itu, Pemkot Surabaya sendiri berharap setiap warganya, terutama OTG, ODP, PDP, dan Positif Covid-19 untuk memperhatikan keadaan dan kondisinya.

“Jadi tolong diperhatikan oleh para warga,” kata Febriadhitya Prajatara selaku Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya.(nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.