SURABAYA, PETISI.CO – Problematika limbah di sungai hingga kini masih berusaha diminimalisir oleh Pemkot Surabaya. Apa lagi, pada musim hujan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya mencatat ada 40 ton limbah di sungai. Jika cuaca sedang tidak hujan, limbah sungai yang ditarik dari saringan alat mecanical screen di semua pompa air seluruh sungai Surabaya per hari mencapai 25 ton. Namun saat musim hujan justru semakin meningkat hampir dua kali lipat.
“Kalau sungai itu sekitar 25 ton rata-rata per hari. Kalau musim hujan itu bisa lebih 40an (ton). Kalau musim kering tambah sedikit. Semua sungai, screen dan pintu air,” ungkap Kepala DLH Surabaya Agus Hebi Djuniantoro di Balai Kota, Kamis (2/2/2023).
Hebi mengungkapkan, mayoritas jumlah limbah di sungai dihasilkan dari perkampungan. Menurutnya, rumah yang ada di pinggir sungai seharusnya menghadap sungai.
“Kalau di sungai banyak sekali yang buang sampah di perkampungan. Upaya yang bagus seharusnya rumah-rumah yang di pinggir sungai menghadap sungai bukan membelakangi sungai. Kita sudah ada program Geblak (gerakan balik kanan) sungai,” ujarnya.
Sementara, program Geblak sungai sendiri sudah dicanangkan sejak tahun 2017. Tujuannya, agar masyarakat tahu sungai kotor dan sadar tidak membuang sampah di sungai.
“Pertama, adanya Perwali nomor 16 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik dengan gagang. Selain itu, bank sampah juga digencarkan,” kata Hebi.
Kemudian ada bank sampah, dimana fungsinya bisa menampung sampah plastik dari masyarakat. DLH Surabaya juga memperluas wilayah 3R (Reduce, Reuse, Recyle) yang diharapkan bisa mengurangi sampah sampai 4 ton per harinya.
Diketahui, Surabaya setiap harinya menghasilkan 1.800 sampai 2.000 ton sampah per hari. Masuk tempat pembuangan akhir (TPA) sekitar 1.600 hingga 1.800. Sisanya sekitar 200 ton diolah oleh warga melalui 3R. Salah satu cara menguranginya lewat pemberdayaan melalui Surabaya Smart City (SSC). (dvd)
