Problematika Merdeka Belajar Kampus Merdeka

oleh -123 Dilihat
oleh
Oleh: Najmah Rindu*

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau biasa disingkat MBKM memiliki banyak program, diantaranya Kampus Mengajar, magang, pertukaran mahasiswa, Studi Independen, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Membangun Desa (KKN Tematik), Proyek Kemanusiaan, Riset atau Penelitian, dan Wirausaha.

Hadirnya program tersebut, Nadiem berharap besar bisa membantu mempercepat dan mengakselerasi pendidikan di Indonesia seiring berjalannya waktu di era yang serba digitalisasi ini.

Dilansir melalui laman resminya, tujuan dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian.

Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.

Saya akui memang banyak sekali manfaat yang diperoleh dari mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Saya juga sempat mengikuti salah satu program yang bernama KMMI (Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia) yang diadakan di Universitas Pelita Harapan secara daring selama kurang lebih 4 bulan dari bulan Agustus 2021. Mengingat saya memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai program yang ditawarkan oleh Kampus Merdeka, sedangkan saya baru menjalani semester 3, alhasil saya hanya bisa memilih satu program yang bisa diikuti oleh mahasiswa semester 3 yaitu program KMMI tersebut.

KMMI sendiri adalah program serangkaian course yang diadakan oleh berbagai universitas di Indonesia dibawah naungan Kemendikbudristek yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa dari universitas yang berlabel Kampus Merdeka. Terdapat berbagai macam course yang dapat dipilih mahasiswa pada laman resmi KMMI dan mahasiswa bebas memilih course yang ditawarkan disana.

Dari mengikuti program KMMI dengan course Design Thingking for Social Innovation saya belajar cara berpikir yang mengutamakan empati dan berpusat pada kebutuhan manusia, belajar untuk mampu bekerja sama kolaborasi tim dari semua pemangku kepentingan (stakeholders) untuk merumuskan masalah dengan cepat dan akurat, berani menawarkan solusi inovatif dan terwujud dalam sebuah hasil karya (prototype) yang nyata dan berkelanjutan, dan di course tersebut saya bisa bekerja sama dengan perusahaan Linknet untuk membantu memecahkan masalah yang di alami perusahaan dengan metode Design Thingking dan menghasilkan prototype yang inovatif dan bermanfaat bagi perusahaan yang bersangkutan dan juga masyarakat luas.

Memang banyak sekali program-program yang menarik untuk diikuti mahasiswa, tetapi setiap program pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Hingga saat ini, saya sudah beberapa menemukan mahasiswa kakak tingkat saya yang mengeluhkan terkait uang saku programnya yang bisa dibilang lama turunnya.

Seperti dilansir dari laman detik.com bahwasanya Prof Nizam selaku Plt. Dirjen Dikti Kemendikbudristek meminta maaf atas keterlambatannya pencairan uang saku program Merdeka Belajar Kampus Merdeka kepada pihak mahasiswa. Menteri Nadiem Makarim pun mengamini perihal komplain ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan MBKM perdana. Menurutnya, prototype ini menjadi bahan perbaikan ke depan untuk mendukung lebih banyak mahasiswa di penyelenggaraan selanjutnya.

Kemudian ada juga salah satu program MBKM yaitu Kampus Mengajar yang mana pada angkatan 3 kali ini agak berbeda dengan angkatan sebelumnya. Kampus Mengajar adalah salah satu program yang mana mahasiswa dapat mencoba pengalaman baru menjadi pengajar di sekolah yang bisa terbilang cukup terbelakang dan terpencil.

Dengan adanya program tersebut, Nadiem Makarim percaya bisa membantu para siswa yang bersekolah di daerah terpencil dan terdampak pandemi Covid-19 agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak diusianya. Dapat dilihat pada Instagram official dari Kampus Mengajar @kampusmengajar di beberapa postingan, banyak mahasiswa yang mengeluhkan terkait lokasi yang ditetapkan dari pihak pusat terbilang cukup jauh dari tempat tinggal bahkan sampai lintas pulau. Padahal diwilayahnya sendiri masih banyak sekolah yang terbilang kurang memadai fasilitasnya.

Beberapa mahasiswa yang menyayangkan program MBKM dan berkomentar melalui akun Instagram nya @Juliaa_simanjuntak senang banget lolos, bersyukur pada Tuhan.. tapi ya mau gimana, saya domisili Medan penempatan di Sulawesi Selatan.. kasihan banget kami yang sudah berjuangan selama ini tapi harus gugur begitu saja dikarenakan jarak tidak mendukung… sedih pake kali.

Tidak sedikit pula mahasiswa yang menyayangkan hasil konversi SKS dari kampusnya.

@Riniayuniaraa Sebagai mahasiswa angkatan ke 2 sangat kecewa. Dimana hak konversi yang diberikan? Malah ikut kampus mengajar ipk turun seturun turunnya, sakit banget si disaat sudah mempertahnkan IPK tapi ujung ujungnya jatuhnya karena ikut program kementrian yang menjanjikan konversi 20sks.

Harapannya dengan adanya problematika yang terjadi hingga saat ini, Kemendikbudristek bisa mendengarkan suara dari seluruh mahasiswa yang terkendala dan bisa mengevaluasi untuk mendapatkan program yang baik bagi mahasiswa di Indonesia. Dan pentingnya sinergitas antara pihak Kemendikbud dan pihak universitas agar tidak adanya kesalahan pahaman antar mahasiswa.(#)

*)penulis adalah mahasiswa Jurusan Politik FISIP Universitas Airlangga

No More Posts Available.

No more pages to load.