Ganjar Hapus Utang Petani dan Nelayan, Pengamat: Sesuai Dengan Visi Negara Maritim

oleh -176 Dilihat
oleh
Capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo

SURABAYA, PETISI.CO – Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah menilai janji Ganjar Pranowo untuk memutihkan utang utang atau kredit macet seluruh nelayan di Indonesia sangat progresif, sesuai dengan visi negara maritim. Hal itu penting dilakukan untuk mewujudkan kedaulatan negara.

“Visi Ganjar-Mahfud adalah mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang adil dan lestari. Salah satunya dengan memperkuat nelayan Indonesia,” katanya, Senin (6/2/2024).

Saat ini, kekayaan lautan Indonesia belum termanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan nelayan indonesia. Bahkan, kantong kemiskinan terutama terjadi di kelompok nelayan. Banyak dan nelayan Indonesia tidak cukup memiliki alat produksi guna meningkatkan produktivitas mereka.

Menurut Piter, latar belakang itulah yang menjadikan paslon nomor urut 3 menaruh perhatian pada kelompok nelayan. Penguatan nelayan akan menjadi salah satu program menuju negara maritim yang adil dan lestari.

“Tidak mungkin memperkuat nelayan apabila nelayan masih terbelenggu oleh kredit macet. Pemutihan kredit nelayan penting untuk dilakukan, namun pelaksanaannya harus berpegang pada basis data yang kuat,” paparnya.

Pemutihan ini, lanjutnya, sangat mungkin dilakukan. Terutama mengingat jumlahnya yang tidak terlalu besar di kisaran Rp180-190 miliar. “Tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa kredit yang diputihkan memang layak diputihkan,” tandasnya.

Pun demikian dengan utang petani yang mencapai Rp 600-an miliar. “Serupa dengan nelayan, banyak petani yang juga tak memiliki alat produksi sendiri. Sehingga, penghapusan utang dapat mendongkrak produktivitas dan kesejahteraan mereka,” katanya.

Calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo memang berjanji akan menghapuskan utang atau kredit macet nelayan kecil dan petani kecil di Indonesia. Langkah itu penting untuk dilakukan, guna mengangkat derajat kesejahteraan mereka.

“Petani dan nelayan adalah tulang punggung kedaulatan pangan, tapi kesejahteraan mereka belum serius diperhatikan. Utang (kredit macet) nelayan sekitar Rp 190-an miliar kalau tidak salah, (bisa) lebih kecil lagi. Karena jumlah petani (nelayan) 2,2 juta orang,” kata Ganjar.

Menurutnya, jumlah tersebut masih lebih kecil dibanding Kredit Usaha Rakyat (KUR) petani yang mencapai Rp 600-an miliar. Namun, angkat tersebut tidak terlalu besar dibanding manfaat yang akan dirasakan dari program ini.

Aaat mendengar keluhan para petani dan nelayan kecil, Ganjar merasa ikut sedih. Dituturkan, sehari-hari nelayan sudah banting tulang, namun selalu saja ada kendala yang membuat pendapatan nelayan tak seberapa.

“Pendapatan yang cuma pas untuk hidup. Bahkan sering minus. Inilah yang kemudian memaksa petani dan nelayan ngutang. Lho? Ya, karena Untuk meringankan beban petani dan nelayan, sehingga hutang macet mereka akan dihapuskan,” jelasnya.

Selain untuk biaya hidup, nelayan biasa menggunakan utang tersebut untuk kebutuhan pembelian solar ahar bisa kembali melaut. Meski sebenarnya ada solar bersubsidi, namun biasanya yang sering terjadi selama ini, saat dibutuhkan nelayan, tiba-tiba barangnya langka.

“Terpaksa mereka membeli solar non-subsidi yang harganya dipastikan jauh lebih tinggi. Saya berharap dengan tuntasnya permasalahan nelayan, bisa membuat produktivitas pekerjaan semakin tinggi dan membuat nelayan semakin sejahtera,” ujarnya.

Kendati demikian, Ganjar mengaku, pemutihan utang dilakukan terhadap kelompok petani dan nelayan yang mengalami kesulitan karena kondisi eksternal, dan bukan disengaja. Agar petani dan nelayan kita bisa bangkit lagi, berproduksi lebih baik lagi sehingga kebutuhan pangan kita tercukupi. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.